Program Pascasarjana Perlu Pengelolaan Manajemen yang Baik
(STAIN Al-Fatah
Jayapura) Program Pascasarjana sebagai bagian integral dari sistem pendidikan,
memerlukan manajemen yang baik dalam pengelolaannya. Ketua STAIN Al-Fatah
Jayapura Dr. H. Idrus Al-Hamid, S.Ag, M.Si menegaskan hal ini dalam sambutan Pembukaan
Focus Group Discussion (FGD) Organisasi dan Tata Kelola Program Pascasarjana S2
Prodi Pendidikan Agama Islam Multikultur, 23 September 2015 di Ruang Pascasarjana
Kampus STAIN Al-Fatah Jayapura.
“Membangun sekolah atau Perguruan Tinggi mungkin
sama seperti kita membangun restoran, jadi antara semua pihak harus saling
mendukung, mulai pembuatan menu, humas atau public relationnya, manajemen, dan infrastruktur,”
kata Ketua memberikan analogi.
Untuk itu, dalam FGD kali ini, ia meminta banyak
masukan dari pihak yang sudah sangat berpengalaman membangun program
pascasarjana.
“Dalam FGD ini kita bersyukur dapat menghadirkan Guru
Besar dari Universitas Gajah Mada, Profesor Doktor Irwan Abdullah, dan kami
harap beliau bisa memberi gambaran tentang pengelolaan pascasarjana,” pinta
Ketua.
Sementara itu, dalam paparannya, Profesor Doktor
Irwan Abdullah menerangkan bahwa model pendidikan dan pengajaran di S2 berbeda
dengan S1.
“Jadi cara mengajar mahasiswa pasca jangan sampai
sama dengan mahasiswa S1, karena di pasca lebih banyak diskusi dan inisiatif
aktif dari mahasiswa,” terang Irwan.
Kata Irwan, berdasarkan pengalamannya, pengelolaan
pascasarjana ataupun program pendidikan lain pada awalnya selalu ada pro dan
kontra dalam mengembangkan atau menyusun sesuatu.
“Tapi justru dari situ kita bisa melahirkan banyak
ide bagus, tinggal bagaimana cara mengelolanya untuk menjadi output yang
berguna,” tambahnya.
Prof. Dr. Irwan Abdullah |
Ia meminta agar dibuat prioritas mana yang paling
dibutuhkan lebih dulu, dan manfaatkan peluang untuk lobby atau membangun hubungan
baik dengan semua pihak khususnya penyandang dana.
“Ada cara untuk mendapatkan dukungan dana dari
berbagai pihak yang nanti bisa saya bagikan,” urainya.
Dalam tata kelola pasca, yang juga penting adalah soal
kurikulum, serta studi kompetensi dari staf dan pengelola dalam menentukan arah
kebijakan ke depan.
“Saya beri contoh, kita ini sering rapat lama, kemudian
bikin judul mata kuliah bagus sekali, tapi setelah diajarkan isinya ya ternyata
sama saja. Kita tidak punya kemauan dan kemampuan membuat bahan yang baru
sesuai perkembangan, jadi jangan berhenti disini saja dengan model pembelajaran
yang itu-itu saja,” jelasnya panjang lebar.
Ia juga mengingatkan pentingnya evaluasi rutin
untuk memantau perkembangan pengelolaan pascasarjana.
Acara FGD ini diikuti unsur pimpinan, Direktur
Pascasarjana dan staf, dosen, serta undangan dosen tamu. (Her)