STAIN Al-Fatah Jayapura Gelar Pelatihan Kecerdasan Spiritual
Ketua STAIN memberi sambutan |
(STAIN Al-Fatah Jayapura) STAIN Al-Fatah Jayapura menggelar Pelatihan
Kecerdasan Spiritual bagi mahasiswa penerima bantuan pendidikan Bidik Misi, di
Masjid Al-Hamid Kampus STAIN Al-Fatah Jayapura, Rabu 11 Maret 2015. Dalam
sambutannya, Ketua STAIN Al-Fatah Jayapura Dr. H. Idrus Al-Hamid, S.Ag, M.Si
menyampaikan bahwa kecerdasan tidak hanya diukur dari kepandaian otak, namun
juga dilihat dari kematangan emosi dalam diri seseorang. Ketua mencontohkan
dalam hal akademik, mahasiswa selain dituntut menguasai ilmu belajar mengajar,
juga harus memiliki wawasan yang baik dalam hubungan antar sesama makhluk
sosial.
“ini yang disebut kematangan emosi,
yang kalau bisa dikelola dengan baik akan sangat mendukung kemampuan mahasiswa
dalam menyelesaikan pendidikannya,” ujar Ketua.
Dr Syarif Thoyib menyampaikan materi |
Dengan pelatihan-pelatihan seperti
ini, STAIN Al-Fatah Jayapura nantinya diharapkan akan memunculkan output
mahasiswa yang bisa diterima dalam persaingan di luar Papua.
“Contoh begini, kalau anak dari Jawa
bisa membaca kitab kuning, barangkali itu hal yang biasa, tetapi kalau ada
putra asli Papua yang tidak disangka-sangka ternyata juga mahir membaca kitab
kuning, maka itu sesuatu yang sangat istimewa,” tambahnya.
Ketua meminta kepada mahasiswa agar
menjadikan pelatihan ini sebagai bahan perenungan dari aktifitas akademik untuk
menjadi lebih baik lagi.
Pelatihan ‘Spiritual
Luck and Character Building’ ini menghadirkan Inspirator dari UIN Sunan Ampel
Surabaya yang juga Dosen Fakultas Dakwah, Dr. H. Syarif Thoyib, M.Si.
Dalam arahannya, ia menegaskan
pentingnya kepercayaan diri dalam mengelola kecerdasan yang dimiliki setiap
orang.
Mahasiswa bertanya jawab |
“Saya kasih tahu, orang yang pintar
secara akademik saat kuliah belum tentu bisa sukses dalam kehidupan nyata,”
katanya.
Ia mencontohkan, pemilik perusahaan
besar Microsoft Bill Gates yang termasuk daftar orang terkaya di dunia,
bukanlah orang pintar saat sekolah. Bahkan Bill Gates tidak lulus dalam
kuliahnya. Namun ia behasil dalam pekerjaannya. Maka dari itu, lanjutnya,
diperlukan kematangan emosi dan peningkatan spiritual untuk menjadi bekal
setelah lulus kuliah.
“Pandai-pandailah bersyukur, ingat,
bahwa Allah akan menambah kenikmatan dan rezeki seseorang manakala ia pandai
besyukur, itu sudah digaransi,” tegas Syarif.
Kata Syarif, bekerja tidak mesti pada
perusahaan orang, karena berwiraswasta juga sama baiknya.
“Rasulullah juga berwiraswasta, dan
dengan kematangan spiritual yang dimiliki, maka setiap usahanya selalu membawa
berkah, tidak hanya pada diri dan keluarga, tapi juga pada komunitas di
sekitarnya,” urainya.
Pelatihan kecerdasan spiritual ini
berlangsung satu hari penuh yang diwarnai dengan tanya jawab dari ratusan
mahasiswa. (Her)