Buletin Jumat, 12 Juni 2015

MARHABAN YA RAMADHAN
Oleh : Moh. Wahib, Lc, MA.
           
Marhaban Ya Ramadhan adalah kalimat yang sering kita dengar untuk menyambut bulan suci Ramadhan baik diucapkan secara lisan di televisi maupun tertulis di spanduk pinggir jalan. Marhaban berarti selamat datang yang berasal dari kata rahhaba yurahhibu tarhiiban yang bermakna menyambut kedatangan seseorang atau sesuatu dengan gembira dan suka cita. Ya Ramadhan artinya wahai bulan Ramadhan.
            Kalender Islam memiliki 12 bulan dalan setahun. Jumlah ini telah Allah tentukan saat menciptakan langit dan bumi. Dari 12 bulan itu, Allah mengkhususkan satu bulan istimewa yaitu bulan Ramadhan. Selain itu terdapat 4 bulan Haram yang dilarang untuk melakukan peperangan (gencatan senjata) yaitu Bulan Muharram, Rajab, Dzulqa’dah dan Dzulhijjah. Ini dijelaskan dalam Al-Qur’an: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus. Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan Ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa”.(QS: At-Taubah: 36)
            Orang Arab dulu menamakan bulan sesuai dengan kondisi cuaca dan situasi yang dialami pada saat itu. Dinamakan Muharram artinya bulan diharamkan berperang. Shafar dari kata ashfar (kuning) karena tumbuhan, bunga, dan pepohonan menjadi menguning. Rabi’ul Awwal adalah musim semi pertama. Sedangkan Rabiul akhir adalah musim semi yang kedua. Jumad adalah beku atau musim dingin. Yang pertama dinamakan Jumadil Ula dan musim beku kedua dinamakan Jumadil Tsaniyah. Setelah itu kondisi cuaca mulai mencair, karena itu dinamakan Rajab.
            Bulan selanjutnya kondisi normal, sehingga orang berpencar. Dalam bahasa Arab, berpencar  dinamakan yatasya’ab. Sehingga bulan pada  itu dinamakan Sya’ban. Kemudian masuklah musim panas. Panas dalam bahasa arab disebut dengan ramidha yarmudhu ramadhan. Bulan berikutnya panas itu bertambah tinggi. Tinggi atau naik dalam bahasa Arab adalah Syaala/syawwaal. Bulan berikutnya semakin tinggi panasnya sehingga orang-orang tidak bisa keluar rumah sehingga mereka duduk menunggu di rumah. Dalam bahasa arab duduk adalah qa’ada yaq’udu, sehingga dinamakan Dzulqa’dah. Sedangkan bulan berikutnya sudah normal sehingga mereka bisa menunaikan ibadah haji sehingga waktu itu dinamakan Dzulhijjah.
            Bulan Ramadhan memiliki 3 keistimewaan sebagaimana digambarkan Al-Qur’an: Pertama, yaitu waktu permulaan turunnya Al-Quran yang kita kenal dengan Nuzulul Qur’an pada malam 17 ramadhan. Hal ini dijelaskan Al-Qur’an “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”. (QS. Al-Baqarah: 185). Turunnya permulaan Al-Qur’an, maksudnya adalah 5 ayat dari surat Al-‘Alaq yang bawa Jibril kepada Rasulullah SAW. Selanjutnya  al-Qur’an secara lengkap diturunkan secara bertahap yang menghabiskan waktu sekitar 23 tahun. Kedua, adalah bulan puasa sesuai dengan ayat:. “Karena itu, barangsiapa diantara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS. Al-Baqarah: 185). Ketiga, bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan yang disebut Lailatul Qadar (malam kemuliaan). Sebagaimana dalam Al-Qur’an: “Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”.
            Dalam sejarahnya, para sahabat sempat mengeluhkan umur umat Islam yang begitu pendek. Mereka membandingkan usia umat sebelumnya yang bisa mencapai ratusan tahun. Bahkan Nabi Nuh AS mencapai umur 950 tahun. Mereka menyayangkan karena umat terdahulu bisa beribadah lebih panjang dari pada umat Islam. Karena itulah Allah memberikan fasilitas dan sarana bagi mereka berupa malam yang lebih baik dari seribu bulan. Jika dihitung, maka 1000 bulan sama dengan 84 tahun. Berarti bila seseorang beribadah shalat atau sedekah atau membaca Al-Qur’an bertepatan dengan Lailatul Qadr, maka pahalanya dilipatgandakan menjadi sama dengan 84 tahun.
            Umat Islam di seluruh dunia menyambut Ramadhan dengan kegembiraan. Mereka mempersiapkan diri dengan membersihkan dan memperbaiki sarana masjid. Ada juga tradisi orang Arab seperti di Mesir yaitu mempersiapkan tempat khusus berupa tenda untuk buka puasa yang dikenal dengan “Maidaturrahman” yang berarti hidangan Allah. Dinamakan seperti itu karena para jama’ah masjid bisa berbuka puasa di masjid itu dengan gratis.
            Ada juga beberapa tempat di Indonesia mengadakan acara “megengan” yang bermakna persiapan untuk menyambut sesuatu. Yaitu disi dengan acara pengajian kemudian makan bersama yang melambangkan komitmen kebersamaan untuk mengisi Ramadhan dengan ibadah bersama.
            Dalam hadits dinyatakan: “Ketika datang bulan Ramadhan, maka pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup dan syetan dibelenggu”. Yang menjadi pertanyaan, jika demikian mengapa pada bulan Ramadhan masih banyak orang yang melakukan maksiat? Jawabannya, maksiat bisa berasal dari syetan dan berasal dari hawa nafsu. Orang yang tergelincir berbuat maksiat pada bulan Ramadhan disebabkan ia memperturutkan nafsunya dan bukan karena syetan sebab syetan sudah dibelenggu.
            Guna memaksimalkan amal ibadah di bulan Ramadhan ini, ada 10 hal yang perlu dilakukan:
1.     Kita upayakan agar sebulan penuh bisa kita optimalkan untuk beribadah. Jangan hanya aktif pada saat minggu pertama dan minggu terakhir saja. Sedangkan di tengah-tengahnya kosong. Usahakan amalan juga bisa konsisten dan  rutin, seperti shalat tarawih dan mengkhatamkan Al-Qur’an.
2.     Pada malam 1 Ramadhan, niatkan untuk puasa besoknya dan  juga niat puasa 30 hari penuh. Ini untuk berjaga-jaga, bila kita lupa untuk niat. Sebab syarat niat puasa adalah mabit atau diinapkan pada malam puasa. Ini berbeda dengan niat wudlu atau shalat yang berada di awal perbuatan.
3.     Hendaknya makan sahur diakhirkan sesuai anjuran Nabi. Perlu dipahami, bahwa istilah Imsak di negeri kita berarti berjaga-jaga atau persiapan berhenti makan sahur. Di waktu Imsak ini kita masih boleh makan sahur. Karena awal puasa adalah terbit fajar, ditandai adzan shubuh. Ini dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 187. Sementara waktu imsak adalah 10 menit sebelum adzan subuh.  Waktu imsak ini tidak kita dapatkan di Negara Arab. Para ulama nusantara berpedoman pada hadits Nabi riwayat Imam Muslim, bahwa sahabat pernah makan sahur, lalu shalat shubuh. Jarak antara keduanya adalah 50 ayat bacaan Al-Qur’an. Maka para ulama memperkirakan bahwa bacaan 50 ayat setara dengan 10 menit.
4.     Berbuka puasa disegerakan (tajil) dengan air atau kurma. Setelah itu kita shalat maghrib berjamaah, lalu makan. Jangan langsung mengisi perut dengan makan besar, sebab perut yang telah beristirahat beberapa jam lamanya menjadi kaget sehingga bisa mengganggu saluran pencernaan.
5.     Hindarkan diri dari membuat keributan utamanya para remaja anak-anak yang bermain petasan. Selain membahayakan nyawa dan badan, benda itu juga akan menghamburkan uang. Para pengurus masjid dan jama’ah juga supaya menjaga persatuan dan kesatuan karena terdapat berbedaan perbedaan kecil seperti shalat Tarawih dengan 8 raka’at atau 20 raka’at. Jangan sampai perbedaan kecil itu menjadi ajang perselisihan dan permusuhan.
6.     Usahakan selama bulan Ramadhan bisa khatam al-Qur’an. Karena itu, kita bertekad, setiap hari dapat membaca satu juz al-Qur’an. Tekadkan untuk i’tikaf pada 10 hari terakhir bulan Ramadlan. Rencanakan dimana nanti melakukan i’tikaf. Sebab pada 10 hari terakhir ini biasanya Rasulullah selalu beri’tikaf. Realita modern sekarang ini justru sebaliknya, malah i’tikaf dan thawaf di mal, bukan di masjid.
7.     Lakukan shalat malam atau tahajjud sebelum sahur. Kita manfaatkan bangun sahur kita untuk melakukan qiyamullail. Usahakan 30 menit sebelum sahur kita lakukan shalat malam. Jika kita terbiasa selama Ramadhan ini untuk shalat tahajjud sebelum sahur, maka setelah berlalunya bulan Ramadlan, kebiasaan shalat malam itu akan terus terjaga. Kalau bisa, shalat witirnya diakhirkan setelah shalat malam itu. Sehingga setelah shalat tarawih tidak perlu shalat witir. Namun ada pendapat ulama yang menyebutkan, tidak ada masalah berwitir setelah Tarawih, karena witir itu adalah satu paket dengan Tarawih. Jadi boleh witir lagi di akhir malam.
8.     Rencanakan zakat Mal, zakat Fithrah, dan sedekah anda. Kepada siapa saja anda akan menyalurkannya, baik ke lembaga pendidikan Islam, panti asuhan yatim atau ke fakir miskin. Usahakan sedekah anda di bulan Ramadhan ini jauh lebih besar dari pada sedekah di bulan biasa. Sebab Rasulullah merupakan orang yang paling dermawan pada saat bulan Ramadlan.
9.     Setelah Dzuhur usahakan jangan berkumur atau sikat gigi. Karena makruh hukumnya. Sebab dalam hadits: ”Perubahan mulut orang yang berpuasa  lebih wangi disisi Allah dari wangi minyak kesturi”.
10.  Jangan  terlalu banyak tidur pada saat puasa. Memang tidur orang berpuasa  tetap dianggap sebagai ibadah. Tetapi alangkah tinggi pahalanya jika kita isi dengan kebaikan membaca Al-Qur’an dan mendalami ilmu agama. Banyak program pesantren kilat bagi anak-anak SMP atau SMA atau orang dewasa yang ingin mengkaji dan memperdalam ilmu agama.
           
Penulis adalah Dosen STAIN Al-Fatah Jayapura | Buletin Jumat diterbitkan Pusat Penjamin Mutu STAIN Al-Fatah Jayapura 

Postingan populer dari blog ini

Musorma harus Menghasilkan Pemimpin yang Memiliki Integritas

IAIN Fattahul Muluk Papua Raih Akreditasi B dari BAN-PT