Program Pascasarjana STAIN Al-Fatah Jayapura Gelar Seminar Nasional
(Jayapura, 17 Oktober 2016) – Program
Pascasarjana Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Al-Fatah Jayapura
melaksanakan Seminar Nasional dengan tema “Al-Quran Dalam Perspektif Pendidikan
Agama Islam Multikultur” di Aula LPTQ Kotaraja, 29 Oktober 2016. Seminar
nasional ini menghadirkan mantan Menteri Agama Prof. Dr. H. Said Agil Husin
Al-Munawar, Lc, MA, sebagai Narasumber utama. Dalam sambutan pembukaan seminar,
Ketua STAIN Al-Fatah Jayapura Dr. H. Idrus Al-Hamid, S.Ag, M.Si mengatakan
bahwa multikultur dapat dipahami sebagai sebuah keragaman budaya etnis di
tengah masyarakat kita, khususnya di Provinsi Papua.
Dr Anang Firdaus bersama Prof Dr H Said Agil Al Munawar |
“Keragaman itu sebuah keniscayaan, maka
kita tidak boleh menghindar dari segala bentuk kegiatan yang menghadirkan sisi
keberagaman di tengah publik,” ujarnya.
Ia menjelaskan, ICG (International Crisis Group) pernah memberikan
laporan bahwa lembaga yang dianggap moderat di tanah Papua salah satunya adalah
kampus STAIN Al-Fatah Jayapura.
“Terinspirasi dari itu juga, maka kami menghadirkan kegiatan-kegiatan
semacam ini,” tambahnya.
Seminar bertema keragaman dan mulitkultur ini, lanjutnya, dimaksudkan
untuk mempertegas bahwa kebersamaan dan kebhinekaan adalah sesuatu yag harus
kita jaga dan kita tumbuhkembangkan, khususnya di Bumi Cenderawasih.
“Ada banyak perbedaan di antara keragaman di Kota Jayapura, yang mana kita
harus menyikapinya dengan baik dalam bersosialisasi di masyarakat, nah narasumber
kita Bapak Prof Said ini adalah ahlinya dalam hal bagaimana berinteraksi dalam masyarakat
multikultur,” urai Ketua.
Idrus Al-Hamid berharap, ke depan STAIN Al-Fatah Jayapura akan kembali
menghadirkan seminar dengan tema
multikultur dalam skala internasional.
Pada laporannya, Ketua Panitia Dr. Eko Siswanto, MH, menegaskan bahwa
jumlah peserta seminar nasional ini mencapai 325 peserta.
Dr H Husnul Yaqin bersama Dr H Idrus Al Hamid |
“Ini jauh melampaui target awal kami sejumlah 200 peserta,” katanya.
Para peserta terdiri dari pejabat di lingkup STAIN Al-Fatah Jayapura,
para guru di kota dan kabupaten di Papua, para Majelis Taklim, tokoh agama,
tokoh masyarakat, dan unsur mahasiswa pascasarjana.
“Salah satu harapan kami, kegiatan ini akan mampu memberi kontribusi
positif kepada warga di tanah Papua untuk membangun satu paradigma multikultur
atau keberagaman tentang keberadaan Islam di tanah Papua,” terangnya.
Dengan kegiatan ini, sambungnya, STAIN Al-Fatah Jayapura telah memberi
kontribusi besar dalam membangun paradigma yang terbuka.
Sementara itu, dalam paparan materi awalnya, Prof. Dr. H. Said Agil Husin Al-Munawar, Lc, MA, menjelaskan bahwa pendidikan
atau pendekatan secara mulitkultural ini digulirkan ketika Indonesia mulai melakukan
reformasi dalam segala bidang.
“Saya termasuk salah satu pencetus pemikiran pendekatan multikultural dalam
kerukunan umat beragama, dengan penelitian dan studi tentang berbagai masalah
di Indonesia,” katanya.
Ia menyampaikan bahwa bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang
multietnis dengan 18.110 pulau.
“Berdasarkan penelitan LAPAN dari satelit, ada sekitar 11 ribu pulau belum
ada namanya,” tambahnya.
Maka, lanjutnya, ketika berbicara etnis suku dan bahasa, ternyata ada
ratusan bahasa di negara Indonesia yang faktanya bisa hidup rukun dan damai.
“Saya pernah menghadiri konferensi internasional berbagai negara di
Islamabad, dan ketika saya kasih tahu kenyataan itu, mereka bilang Indonesia
luar biasa,” ungkapnya.
Maka dari itu, pendekatan multikultural menjadi penting untuk membuktikan
kepada masyarakat bahwa Islam adalah agama damai, yang menebar cinta kasih sayang
dan jauh dari segala macam bentuk kekerasan.
Dan menurutnya, nilai-nilai dalam Al-Quran-lah yang mencerminkan
keberagaman dan kasih sayang antar seluruh umat manusia.
Seminar nasional yang
berlangsung selama satu hari ini diwarnai dengan dialog tanya jawab dengan
peserta, dan diakhiri dengan pemberian piagam dari Program Pascasarjana kepada Prof. Dr. H. Said Agil Husin Al-Munawar, Lc, MA. (Her)