Prodi PAI IAIN Fattahul Muluk Gelar Bedah Buku “Jalan Panjang Perdamaian Papua”
(Jayapura, 24 September 2018) - Program Studi (Prodi) Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN Fattahul
Muluk Papua menggelar Seminar Bedah Buku “Jalan Panjang Perdamaian Papua” di
Aula kampus, 24 September 2018.
Ketua
Program Studi (Kaprodi) Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN Fattahul Muluk Papua,
Sigit Purwaka, M.Pd mengatakan, kegiatan seminar bedah buku diharapkan memberi
tambahan wawasan kepada mahasiswa.
“Dengan
kegiatan bedah buku, mahasiswa tidak hanya duduk kuliah, tapi juga berkesempatan
meningkatkan literasi,”
ujarnya.
Upaya
menambah wawasan dan keilmuan tersebut sangat efektif dilakukan
dengan cara mengikuti seminar dan bedah buku secara aktif. “Saya ingin mahasiswa kita mampu
bersaing dengan kampus-kampus besar yang sudah lebih dahulu menggelar
acara serupa,” cetusnya.
Ia
berharap agar program studi lain dapat membuat kegiatan serupa dengan skala
nasional maupun internasional.
“Buku ‘Jalan Panjang Perdamaian
Papua’ yang ditulis Dr.H.Idrus Alhamid, S.Ag., M.Si. ini merupakan bentuk
keberanian penulis dalam memotret fenomena riil yang terjadi di Papua,” ujar
Moderator Seminar Bedah Buku, Dr. Eko Siswanto, MHI.
Kenyataannya, masih banyak instrumen
yang dapat berpotensi mengganggu kedamaian di Tanah Papua, seperti kesenjangan ekonomi, ketidakadilan,
hubungan lintas agama, dan politik kekuasaan. Maka dibutuhkan keterlibatan
semua pihak untuk mewujudkan kedamaian di Tanah Papua.
“Pertama, hubungan lintas agama yang membutuhkan pandangan terbuka (inklusif)
bagi pemeluk masing-masing agama diperlukan untuk menghindari kecurigaan
yang bisa mengganggu kerukunan antarumat beragama,” ucapnya.
Kedua, lanjutnya, perlunya
kesepakatan bersama bahwa agama tidak boleh dijadikan sebagai alat untuk
kepentingan ekonomi dan politik kekuasaan. Karena, menurutnya, seringkali agama
dipersepsikan sebagai trigger (pemicu)
konflik di Tanah Papua, padahal sejatinya konflik tersebut dilatari oleh
kepentingan tertentu dan bukan karena faktor agama.
“Ketiga, pemerintah harus berperan aktif untuk mewujudkan pembangunan yang
berkeadilan bagi masyarakat Papua, dan keempat, bahwa persoalan yang ada di Tanah Papua perlu dilakukan pendekatan
dialog sebagai upaya untuk mewujudkan kedamaian di Tanah Papua,” paparnya.
Ia menjelaskan, agama sering
dijadikan sebagai variabel terhadap munculnya konflik.
“Padahal, sejatinya, konflik lebih
dipicu oleh keberadaan instrument politik, ekonomi, dan budaya,” pungkasnya.
Suparto
iribaram, MA, Pembanding dalam seminar bedah buku ini mengatakan, buku “Jalan
Panjang Perdamaian Papua” yang ditulis Rektor IAIN Fattahul Muluk Papua Dr. H.
Idrus Alhamid, S.Ag, M.Si ini mengupas akar masalah yang sangat penting
untuk dilihat oleh para stake holder di wilayah Papua. Di dalamnya disebutkan
ada persoalan agama yang bisa jadi dapat ikut menyumbang potensi konflik dalam
permasalahan Papua jika tidak dikelola dengan baik.
“Di bagian pertama membahas relasi antar agama di Papua, yang kedua
mengenai perspektif banyak orang tentang Papua, kemudian bagian ketiga membahas
konstribusi agama dalam pembangunan di Papua,” ucapnya.
Sedangkan bagian keempat dan kelima membahas tentang model keagamaan
di Papua dan Politisasi Agama.
Kegiatan seminar bedah buku ini diikuti
pejabat dan ratusan mahasiswa di lingkup IAIN Fattahul Muluk Papua. (Her).