Rektor: Kita Harus Mampu Mengelola Keberagaman

(Jayapura,  30 September 2019) – “Kita harus mampu mengelola keberagaman,” ujar Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Fattahul Muluk Papua Dr. H. Idrus Alhamid, S.Ag, M.Si menanggapi konflik yang terjadi di sejumlah daerah di Papua. Menurutnya, konflik yang terjadi di Kota Wamena Kabupaten Jayawijaya Papua bukan merupakan konflik SARA.
“Namun ini adalah akumulasi dari berbagai peristiwa yang terjadi sebelumnya, dimana membutuhkan kemampuan dari setiap elemen masyarakat untuk mengelola keragaman,” tegasnya.
Mengatur masyarakat yang majemuk harus dilakukan melalui riset kebijakan yang mendalam agar dapat melahirkan kebijakan pola asimilasi terhadap penguatan pranata sosial dalam masyarakat, khususnya di bagian timur nusantara. “Di bagian timur Indonesia ini iklim tropisnya sangat menantang, sehingga masyarakat sensitive terhadap simbol-simbol budaya, politik dan ekonomi,” ucapnya. Rektor mengatakan, rekonstruksi pasca kerusuhan di Wamena harus diprioritaskan.
Rektor IAIN FM Papua Dr Idrus Alhamid – Foto Dok Tim Humas

“Warga sudah sadar bahwa konflik sangat merugikan berbagai pihak, karena lumpuhnya pusat-pusat ekonomi mikro, yang membuat masyarakat sulit memperoleh kebutuhan pokok sehari-hari dan berakibat pada mahalnya harga barang,” tambahnya. Ia juga mengapresiasi berbagai bantuan dari aparat, masyarakat dan lembaga sosial kepada masyarakat yang terkena dampak kerusuhan.

Soal Hoax

Pada bagian lain, Dosen Antropologi IAIN Fattahul Muluk Papua Dr. Suparto Iribaram, MA, mengingatkan tentang pentingnya kesadaran masyarakat dalam menyaring informasi di media sosial.
Menurutnya di era digital saat ini, kemajuan teknologi sangat membantu dalam urusan kemanusiaan dimana dengan teknologi segala urusan bisa lancar dan mudah. Namun ia juga mengingatkan sisi negatif dimana setiap orang tanpa sadar bisa menyebar berita-berita yang tidak benar alias hoaks.
“Harusnya ini bisa diatasi, namun banyak orang menggunakannya demi kepentingan mereka untuk mencapai tujuan tertentu,” ujarnya.
Dalam kehidupan sehari-hari, tambahnya, setiap orang sudah menganggap HP sebagai kebutuhan primer.
“Tapi yang menjadi persoalan adalah kemampuan untuk menyaring informasi yang benar dan tidaknya ini masih kurang sehingga sering termakan oleh isu atau berita yang tidak benar,” jelasnya.
Untuk itu ia meminta agar setiap individu perlu melakukan pengecekan pada saat menerima berita melalui situs-situs yang sering memproduksi berita hoaks.
“Hati-hati dengan judul berita yang provokatif karena mereka gemar menggunakan judul yang sensasional, dimana terkadang mereka mengambil dari judul resmi di media namun diubah sehingga seolah-olah seperti berita yang benar,” paparnya.
Suparto memberikan tips, warga dapat mencermati alamat situs website dari berita tersebut.
“Apakah dia menggunakan domain blog ataukah yang terverifikasi, jadi kalau domain blog biasanya beritanya diragukan,” urainya. Selain itu, hendaknya kita harus memeriksa fakta apakah sumber info tersebut dari stakeholder ataukah hanya opini penulis blog semata.
“Jika hanya opini tanpa mengikutsertakan sumber jelas maka beritanya diragukan, demikian juga untuk foto atau video,” tambahnya. Sebagai masyarakat akademisi, ia mengajak civitas akademik agar sering melakukan diskusi untuk mendapat informasi informasi yang jelas sehingga tidak termakan dengan berita yang tidak benar. (Min/Her/Ran)

Postingan populer dari blog ini

Musorma harus Menghasilkan Pemimpin yang Memiliki Integritas

IAIN Fattahul Muluk Papua Raih Akreditasi B dari BAN-PT