Ringankan Beban Ibu, Pras Kuliah Sambil Jual Nasi Kuning

(Jayapura, 18 September 2019) – Dwi Prasetyo, mahasiswa Program Studi Perbankan Syariah Semester III IAIN Fattahul Muluk Papua menjalani kuliah sambil bekerja dengan menjual nasi kuning. “Saya mengerjakan usaha ini untuk meringankan beban ibu saya,” ujar Pras, panggilan akrabnya, saat ditemui Tim Humas IAIN Fattahul Muluk Papua di kampus, Buper Waena Jayapura, 18 September 2019.
Prasetyo (depan, kedua dari kiri) bersama teman kuliah di Perbankan Syariah – Foto IST

Pras mengaku ingin belajar hidup mandiri dan tidak terus bergantung kepada orang tua, terlebih sejak ayahnya meninggal dunia  5 tahun yang lalu.
Anak bungsu dari dua bersaudara ini mulai berjualan nasi kuning semenjak semester satu. Di awal aktifitas jualannya, Pras mengaku bahwa ibunyalah yang memasak dan mengajarinya membuat nasi kuning tersebut.
“Tapi karena ibu saya tidak setiap hari bisa bertemu di rumah kos, jadi akhirnya saya memutuskan untuk belajar memasak dari ibu,” ucapnya.
Saat ini, ia sudah bisa membuat nasi kuning sendiri dan menjualnya kepada teman kuliah di kampus.
“Awalnya saya sempat ragu dan malu, tapi atas dukungan dari teman-teman yang siap membantu untuk berjualan akhirnya saya beranikan diri untuk memulai jualan,” urainya.
Sepulang kuliah, ia berbelanja berbagai bahan kebutuhan seperti sayur, tempe, dan telur.
“Kalau agak malam saya belajar dan mengerjakan tugas-tugas kuliah, kemudian setelah itu malam memasak nasi dan pagi hari menyiapkan nasi bungkus,” jelasnya.
Pras mengaku tidak kesulitan membagi waktu antara kuliah dan bekerja.
Dengan harga Rp.10.000 per bungkus, ia mengaku nasi kuningnya sering habis terjual setiap hari.
“Ya kadang cuma sisa satu atau dua bungkus, tapi teman-teman membantu untuk menawarkan agar nasi cepat terjual,” tambahnya.
Dengan hasil berjualan nasi kuning, ia mampu menyisihkan keuntungan untuk menutupi biaya kuliah sehari-hari. “Berjualan di kampus sambil kuliah itu enaknya bisa hemat waktu, jadi efisien,” terangnya.
Pras mengaku bersyukur karena mendapat bantuan Uang Kuliah Tunggal (UKT) dari Kampus IAIN Fattahul Muluk Papua sehingga dapat meringankan biaya kuliahnya.
Ditemui terpisah, Dosen Wali Sahudi, M.HI mengatakan bangga terhadap apa yang dilakukan anak didiknya.
“Mahasiswa seperti ini yang kita inginkan, karena di Perbankan Syariah ada matakuliah Pengantar Bisnis,” katanya. Di matakuliah itu diajarkan banyak ilmu tentang upaya memulai bisnis yang bisa langsung diaplikasikan di kehidupan sehari hari.
“Contohlah semangat berbisnis akhlak Rasulullah, beliau sudah menembus perdagangan internasional saat remaja, sSehingga saat usia 25 tahun mampu memberi mahar 20 ekor unta terbaiknya,” ujarnya.
Ia memberi kiasan, jika harga seekor unta Rp40 juta, berarti mahar Rasulullah adalah Rp800 juta saat menikah.
“Betapa kayanya beliau, padahal beliau yatim piatu di umur 6 tahun,” bebernya.
Sahudi sering menasehati mahasiswa agar mulai belajar mandiri untuk membantu orang tua.
“Dengan usia orang tua mereka yang semakin lanjut, sedangkan remaja masih kuat-kuatnya dalam fisik dan pikiran, kiranya jangan terus membebani mereka dengan urusan keuangannya,” pintanya.
Sahudi berharap dengan aktivitas semacam ini, orang tua selalu mencurahkan ridho dan doa terbaik untuk putra-putri mereka. (Min/Zul/Ran)

Postingan populer dari blog ini

Musorma harus Menghasilkan Pemimpin yang Memiliki Integritas

IAIN Fattahul Muluk Papua Raih Akreditasi B dari BAN-PT