Tampilkan Inovasi, Mahasiswa KKN IAIN FM Papua Kreasikan Produk Teh Pinang dan Tepung Hopuru

(Jayapura,  19 September 2019) – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Angkatan II Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Fattahul Muluk Papua membuat kreasi produk Teh Pinang dan Tepung Hopuru di lokasi KKN Kampung Sabron Sari, Kertosari Kabupaten Jayapura. Jukri Baharudin, salah satu penanggungjawab program kerja yang terlibat dalam kegiatan tersebut mengatakan bahwa awalnya mereka melakukan penyuluhan kewirausahaan ‘Ekonomi Kreatif’ kepada masyarakat dan memunculkan ide pembuatan teh pinang serta tepung betatas.
Tim KKN Kertosari

“Ide kami dapatkan dari observasi lingkungan tempat kami KKN dan masukan dari warga, dengan dibantu senior kami untuk mewujudkannya,” tuturnya kepada Tim Humas IAIN Fattahul Muluk Papua 19 September 2019.
KKN yang dilaksanakan dari tanggal 19 Juli sampai dengan 29 Agustus 2019 ini memunculkan program di bidang Kesejahteraan Masyarakat.
Menurut Jukri, apa yang mereka lakukan adalah bentuk pengabdian kepada masyarakat.
“Kami berupaya mengedukasi mereka agar dapat memanfaatkan sumber daya bahan lokal agar mempunyai harga jual yang bernilai lebih,” jelasnya.
Ia menuturkan, produk Teh Pinang terbuat dari pinang segar atau pinang muda, sedangkan Tepung Hopuru  terbuat dari betatas. “Hopuru dalam bahasa warga disini yang artinya betatas,” tambahnya.
Cara membuat Tepung Hopuru ini, lanjut Jukri, adalah dengan memeras ampas parutan betatas.
“Kemudian dijemur hingga kering, dan setelah kering, ambil blender untuk menghaluskan ampas parutan betatas tadi  hingga halus dan meyerupai tepung,” urainya.
Proses selanjutnya adalah mengayak tepung hingga halus dan menjemur kembali agar kering tidak berbau.
“Kalau cara membuat teh pinang tinggal mengupas pinang, dipisahkan dari bijinya, dan ditumbuk agar pipih dan mudah saat diblender,” ucapnya. Kemudian, daging pinang yang sudah diblender harus dijemur hingga benar-benar kering. “Teh pinang siap diseduh dengan air panas, dan untuk sensasi rasa yang lebih khas bisa tambahkan cincangan jahe dan bunga melati,” tuturnya.
Jukri mengatakan, pinang dan betatas merupakan produk non unggulan yang dihasilkan oleh masyarakat setempat untuk dijual di depan rumah. Kedua produk ini langsung dijual apa adanya tanpa proses lanjutan untuk meningkatkan nilai ekonominya. “Padahal sangat disayangkan sekali karena kedua produk non unggulan ini merupakan produk lokal dan ditanam langsung oleh mayoritas penduduk asli Papua di Kampung Sabron Sari,” ungkapnya.
Produk Teh Pinang ukuran 5 gram dijual dengan harga Rp.10.000, sedangkan Tepung Hopuru 200 gram dijual dengan harga Rp.30.000. “Kami berharap produk ini dapat meningkatkan tingkat ekonomi masyarakat kampung tempat kami KKN,” pungkasnya.
Pihaknya juga bekerjasama dengan Badan Usaha Milik Desa untuk menjualkan produk tersebut. Program kerja ini juga merupakan program jangka panjang untuk menjalin kerjasama antara kampung dan pihak kampus.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) IAIN Fattahul Muluk Papua Dr. M. Anang Firdaus, S.Ag. M.Fil.I, sangat mengapresiasi karya mahasiswa KKN Sabron Sari karena mampu memanfaatkan dan mengembangkan potensi di sekitar untuk menjadi produk yang mempunyai nilai lebih.
“Prinsip ini sesuai dengan visi misi FEBI yaitu mencetak lulusan yang unggul, kompetitif di bidang perbankan dan ekonomi syariah yang berjiwa rahmatan lil alamin di Indonesia Timur,” jelasnya.
Hal ini diharapkan menjadi motivasi bagi mahasiswa FEBI dan fakultas lain agar mampu mengintegrasikan dan mengimplementasikan ilmunya dalam karya nyata. Produk Teh Pinang dan Tepung Hopuru dibuat di lokasi posko KKN  Kertosari selama 40 hari dan telah dilaunching bersama LPPM IAIN Fattahul Muluk Papua pada tanggal 27 Agustus 2019. (Min/Zul/Ran)

Postingan populer dari blog ini

Musorma harus Menghasilkan Pemimpin yang Memiliki Integritas

IAIN Fattahul Muluk Papua Raih Akreditasi B dari BAN-PT