Webinar Tadris Matematika: Sarpras di Papua Perlu Ditingkatkan Tunjang MBKM
(iainfmpapua.ac.id) – Sarana dan prasarana (sarpras) pendidikan perlu dibenahi dan ditingkatkan untuk menunjang implementasi pembelajaran berdiferensiasi di Papua. Dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Fattahul Muluk Papua, Asep Rosadi, M.Pd menekankan hal ini saat memberikan materi pada webinar dan pelatihan dengan tema ‘Pembelajaran Berdiferensiasi Dalam Kurikulum Merdeka: Membangun Masa Depan Pendidikan Indonesia” yang diselenggarakan oleh Prodi Tadris Matematika FITK UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 26 Oktober 2023.
“Salah satu prinsip dasar yang membantu guru dalam menerapkan
pembelajaran berdiferensiasi adalah lingkungan belajar yang aman dan nyaman,
namun fakta di lapangan di
wilayah Papua lebih dari 50% ruang kelas di setiap jenjang pendidikan
kondisinya rusak baik rusak ringan, sedang dan berat,” paparnya. Menurutnya, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi
guru maupun pengajar di wilayah Papua khususnya di daerah 3T (terdepan,
terpencil, dan tertinggal). “Kesenjangan fasilitas yang terjadi ini tentu
menghambat dan kurang maksimalnya implementasi pembelajaran berdiferensiasi,”
imbuhnya. Pembelajaran berdiferensiasi sendiri adalah proses belajar
mengajar, dimana peserta
didik dapat mempelajari materi pelajaran sesuai dengan kemampuan, apa yang
disukai, dan kebutuhannya
masing-masing. “Sehingga mereka tidak frustasi dan merasa gagal dalam
pengalaman belajarnya,” imbuhnya. Dalam implementasi pembelajaran
berdiferensiasi, peserta didik dipandang dari 3 aspek yang berbeda. “Yakni
kesiapan, minat dan profil belajar, namun fakta di lapangan di wilayah Papua angka
kesiapan sekolah hanya 36,29% atau hanya 3-4 dari 10 anak yang duduk di kelas 1
SD/sederajat yang memiliki kesiapan untuk terlibat dalam proses kegiatan
belajar mengajar, sisanya peserta didik cenderung focus pada kegiatan mengurus
pekerjaan rumah” jelasnya.
Dalam materinya, Asep juga menyebutkan bahwa ada beberapa tempat yang
belum memiliki akses internet dan listrik. “Hal ini mengakibatkan siswa yang
menggunakan internet hanya sebesar 30,89% di usia 5-24 tahun sehingga akses TIK
oleh siswa masih kurang maksimal,” ungkapnya. Asep menyarankan, sarana dan prasarana pendidikan di Provinsi Papua perlu dibenahi. “Agar guru dan
peserta didik merasa nyaman ketika proses kegiatan belajar mengajar dan juga
perlu adanya kampanye pendidikan di daerah 3T harus lebih digalakkan agar
kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi anak-anak bisa meningkat,” urainya.
Kaprodi Tadris Matematika FITK UIN Malang Dr. Abdussakir, M.Pd menjelaskan, webinar ini juga menghadirkan Dr. Dona
Afriyani, S.Si., M.Pd, dosen matematika dari UIN Mahmud Yunus Batusangkar,
Dr. Ibrahim, M.Pd dosen dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Indah Afifa, M.Pd dari MTsN 3 Malang, dan
Ulfa Masamah, M.Pd dari UN Malang. Kegiatan ini diikuti oleh para guru dan mahasiswa dari berbagai instansi di Indonesia. (Za/Is/Zul/Her/Ran)