Upaya Rekonstruksi Identitas Islam Nusantara Melalui Islamic Education Expo 2017

(Jayapura, 24 November 2017) Studi Islam di nusantara, yang berfokus pada keragaman atau religius identitas lebih sering dilakukan pada kawasan barat seperti Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, serta masyarakat muslim Melayu lainnya. Ketua STAIN Al-Fatah Jayapura Dr. H. Idrus Al-Hamid, S.Ag, M.Si menyampaikan hal ini saat menjadi Keynote Speaker pada pembukaan kegiatan An­­nual Islamic Con­fe­rence on Is­­la­mic Studies (AICIS) 2017 di BSD City, Serpong Jakarta, 20 November 2017.
“Maka dalam Islamic Education Expo melalui AICIS ini, diupayakan ada rekonstruksi identitas Islam nusantara dalam model pendidikan,” ujarnya.

Menurut Idrus, arah baru pendidikan Islam di Indonesia, ‘bertarung’ dalam bayang-bayang kecemasan ide-ide ‘konservatif’.
“Saat ini, ada gempuran modernisasi pendidikan ala Eropa dan Amerika, dan itu berhadapan dengan Islamic Education model kultur nusantara,” tambahnya.
Ia menyebutkan, dalam Muktamar NU di Jombang beberapa waktu lalu, Presiden meminta organisasi NU menjadi jembatan dunia untuk menunjukkan agama Islam sebagai sumber kedamaian.
“Bukan hanya jembatan bagi perbedaan paham keagamaan, tetapi juga jembatan peradaban antar bangsa dalam wujud nyata,” ucap Idrus mengutip pernyatan Presiden.
Menurut Ketua STAIN Al-Fatah Jayapura, Kementerian Agama melalui Dirjen Pendidikan Islam telah mampu mengukir peradaban baru melalui role model ‘Islamic Education’ yang menunjukkan kultur nusantara.
Ia menyebutkan, identitas dan kultur lokal di kawasan timur Indonesia memiliki varian yang berbeda dalam makna publik. Implementasi nilainya sangat bersifat relativ.
“Contohnya, keberagamaan yang bersimbolkan budaya dalam identitas Islam dapat berwujud kearifan lokal, ini dapat dilihat di timur nusantara dalam acara pernikahan, acara musim haji, hari-hari besar Islam, dan lain-lain,” ujar dia.
Agar dapat mengetahui lebih dalam lagi perihal role model studi Islam di kawasan timur Indonesia, Idrus mengusulkan adanya gagasan dan kebijakan riset terhadap religiusitas, identitas kewarganegaraan dan Islam dalam persepsi kultur lokal.
“Kiranya ini dapat dilaksanakan secara kontinyu di kawasan timur Indonesia,” harapnya.

 Ribuan peserta dari berbagai negara menghadiri acara pembukaan forum international AICIS  yang merupakan hajatan tahunan Kementerian Agama.  (Her)

Postingan populer dari blog ini

Musorma harus Menghasilkan Pemimpin yang Memiliki Integritas

IAIN Fattahul Muluk Papua Raih Akreditasi B dari BAN-PT