Prof. Amany Tekankan Pentingnya Pendidikan Multikultur Cegah Perilaku Ekstrem



Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Dr Hj Amany Lubis, MA

(Jayapura, 2 November 2019) – Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, Lc, MA menekankan pentingnya peran pendidikan di Indonesia dalam mencegah potensi perilaku ekstrem di kalangan masyarakat.
“Ini bagian dari kehidupan kita yang multikultur,” ujarnya saat menjadi Keynote Speaker di Seminar Nasional ‘Rekonstruksi Pendidikan Multikultur Mencegah Radikalisasi di PTKIN’ di Jayapura, 2 November 2019.
Menurutnya, pendidikan multikultur sebagai upaya meningkatkan tenggang rasa dan keharmonisan. “Pada praktiknya konsep multikulturasime sudah ada sejak zaman Rasullullah yang menunjukkan manajemen terbaik keberagaman suku, agama, ras, dan golongan,” ucapnya.
Dengan konsep pendidikan multikultur ini, diharapkan dapat mencegah perilaku ekstrem di kalangan sebagian masyarakat maupun di wilayah kampus.
“Di sinilah pentingnya peran berbagai pihak, baik pemerintah, TNI POLRI, perguruan tinggi dan tokoh-tokoh lain di masyarakat,” jelasnya.
Di Indonesia, konsep ini telah ada sejak lama dan memiliki istilah yang berbeda-beda tergantung dari daerahnya, seperti Helem Foi Kenambai Umbai di Papua, Masohi di Ambon, Baridi Ternate, dan istilah lainnya. Esensi dari keseluruhan istilah tersebut adalah kebersamaan, gotong royong, tanpa membeda-bedakan individu maupun kelompok dalam masyarakat.
Seminar yang digelar Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Fattahul Muluk Papua tersebut juga menghadirkan Asisten II Sekretariat Daerah Kota Jayapura, Nurjainudin Konu. Dalam sambutannya, ia menunjukkan keharmonisan dan keberagaman di Kota Jayapura.
“Ada banyak suku agama di Jayapura, di sinilah miniatur Indonesia sesungguhnya, karena di kantor kami  ada pejabat dari berbagai suku dari Sabang sampe Merauke,” urainya.
Konu menyatakan bahwa anggaran bidang pendidikan telah dimaksimalkan untuk membentuk kualitas sumber daya manusia yang baik yang memahami konsep multikuktur.
Assisten II Setda Kota Jayapura Nurjainudin Konu menerima cenderamata dari Rektor IAIN FM Papua, didampingi Direktur Pascasarjana Dr H Husnul Yaqin, MH

Sementara itu, Rektor IAIN Fattahul Muluk Papua Dr. H. Idrus Alhamid, S.Ag, M.Si mengingatkan agar para pendidik mewaspadai potensi keretakan atau disintegrasi bangsa dari gaya hidup di media sosial.
“Di medsos banyak orang bicara suatu masalah tapi sebenarnya tidak mengerti apa yang terjadi, sehingga mereka ini cuma cari publikasi saja,” ungkapnya.
Dalam konteks multikultur, ia meminta semua pihak agar menyampaikan kondisi riil, dan tidak bertujuan mencari keuntungan kepentingan pribadi atau kelompok.
Danlanud Silas Papare Jayapura Marsma TNI Tri Bowo, MTr

Pada bagian lain, Danlanud Silas Papare Jayapura, Marsma TNI Tri Bowo Budi yang hadir sebagai pembicara menegaskan pentingnya manajemen konflik dalam aktifitas sosial.
“Seorang pemimpin harus mampu mencari jalan keluar dalam sebuah konflik,” tuturnya.
Dengan cara ini, konflik yang negatif dapat dicegah agar tidak meluas.
“Dalam hal ini, pendidikan multikultur  harus dapat melihat fungsi positifnya saat mengelola konflik,” tambahnya.
Danlanud mengingatkan, radikalisme adalah buah dari konflik yang tidak dikelola dengan baik.
Seminar yang berlangsung satu hari ini juga menghadirkan Direktur Program Pascasarjana Dr. H. Husnul Yaqin, MH, kalangan dosen di IAIN Fattahul Muluk Papua, para pimpinan pergruruan tinggi, dan perwakilan dari berbagai organisasi kemasyarakatan di Jayapura dan sekitarnya. (Min/Her/Ran)

Postingan populer dari blog ini

Musorma harus Menghasilkan Pemimpin yang Memiliki Integritas

IAIN Fattahul Muluk Papua Raih Akreditasi B dari BAN-PT