Sambil Kuliah dan Kerja, Khaerul Istiqamah Jaga Hafalan



Khaerul Hadi -kedua dari kiri- bersama rekan-rekannya saat berswafoto

(Jayapura, 28 November 2019) – Di sela kepadatan jadwal kuliah dan pekerjaan, Khaerul Hadi berupaya tetap istiqamah menjaga hafalan Qur’an. Khaerul yang saat ini tercatat sebagai mahasiswa Semester III Program Studi Pendidikan Agama Islam IAIN Fattahul Muluk Papua ini sudah menjadi Hafidz Qur’an sejak menempuh pendidikan di kelas 3 SMP.
“Awalnya hafalan Al-Qur’an itu karena sebuah persyaratan kelulusan di pesantren, jadi tidak dinyatakan lulus jika tidak hafal beberapa Juz Al-Qur’an, tapi lambat laun jadi terbiasa untuk menghafalnya,“ ujar alumni Ponpes Al Fatah Temboro, Karas, Magetan Jawa Timur ini kepada Tim Humas IAIN Fattahul Muluk Papua, 28 November 2019.
Selain menuntut ilmu di kampus, kegiatan sehari-hari Khaerul juga disibukkan dengan aktifitas mengajar di salah satu SD IT di Abepura. Dengan jadwal yang padat tersebut, ia mengaku tetap berupaya untuk istiqamah menjaga hafalan Qur’an dan membagi waktu dengan kuliah.
“Pagi saya mengajar di SD, siang kuliah, dan sore sampai malam mengajar anak-anak mengaji di rumah, terus malam belajar atau mengerjakan tugas-tugas kuliah,” ucapnya.
Untuk cara menghafal Al-Quran, Khaerul menyebutkan dengan metode Pakistani.
“Dulu di pondok pesantren, saya setor hafalannya setiap hari kepada ustadz dengan menggunakan metode Pakistani yaitu Sabaq, Sabqi, Manzil, dan bacaan harian,” jelasnya.
Ia bersyukur, pada tahun 2011 telah menyelesaikan setoran hafalan. Sedangkan untuk menguatkan hafalan ayat-ayat atau surat, ia terbiasa menggunakannya untuk bacaan ketika sholat-sholat sunah.
“Kalau untuk menghafal Qur’an yang pertama harus mau meluangkan waktu, kemudian usaha sedikit-sedikit, menghafal ditarget setidaknya setiap hari hafal berapa ayat, 1 atau 2 ayat, tidak usah banyak-banyak yang penting istiqomah,” urainya.
Kesulitan dalam menghafal bacaan datang saat waktu-waktu sibuk.
“Kadang datang perasaan malas, jadi tidak muroja’ah untuk mengulang-ulang hafalan, kemudian hafalannya terbolak balik ayatnya yang bikin pusing, jadi untuk menjaga hafalan kadang saya samakan sama teman-teman penghafal Qur’an diantaranya dengan beberapa imam masjid di wilayah Abepura,” terangnya.
Mahasiswa yang juga menjadi Imam sholat di salah satu masjid di wilayah Kotaraja ini mengaku mengidolakan Saud Asy Syuraim.
“Beliau adalah salah satu Imam dan Khatib Masjidil Haram dan telah memimpin sholat Tarawih dan sholat berjamaah di Masjidil Haram Mekkah sejak tahun 1991,” ucap bungsu dari lima bersaudara ini.
Setelah lulus kuliah S1 kelak, Khaerul berencana melanjutkan studi ke pascasarjana. Untuk menguatkan cita-citanya, ia memiliki kalimat motivasi bahwa hidup untuk berjuang, dan bukan berjuang untuk hidup.
Khaerul yang pernah menjadi Juri MTQ cabang Hifdzil di Medan ini ingin mengajak teman-teman generasi milenial untuk mencintai Al-Qur’an.
“Mari kita cintai Al-Qur’an, membumikan al-Qur’an, memuliakan manusia dengan arahan para guru dan ulama karena dengan menghafal Qur’an banyak sekali manfaatnya, diantara yang saya rasakan tidak mudah lupa, serta semoga mendapat syafa’at dari Al-Qur’an kelak,” pungkasnya. (Min/Her/Ran)

Postingan populer dari blog ini

Musorma harus Menghasilkan Pemimpin yang Memiliki Integritas

IAIN Fattahul Muluk Papua Raih Akreditasi B dari BAN-PT