‘KEPEKAAN SOSIAL KAUM PROPAGANDA‘
‘KEPEKAAN SOSIAL KAUM PROPAGANDA‘
Oleh Prof. Dr. Hb. Idrus Alhamid, S.Ag, M.Si
Suara Minor Cendekia Poros INTIM
Kepekaan sosial social sensitivity, secara sederhana dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk bereaksi secara cepat dan tepat terhadap objek atau situasi sosial tertentu yang ada di sekitarnya. Kepekaan sosial leluhur pendiri bangsa Indonesia Raya, bertumpu pada dialektika budaya humanis yang berada di setiap tokoh yang ada di Nusantara. Mereka mampu mengembara mencari cara untuk membantu rakyat jelata yang dipimpin-Nya agar selalu senyum ba'da sholat Subuh dan menjelang Magrib mereka melantunkan Zikir, Sholawat dan Do'a dalam keheningan desa-desa komunal yang penuh hikmah.
Belakangan ini sedih rasanya, kepekaan sosial melahirkan propaganda. Propaganda adalah rangkaian pesan yang bertujuan untuk mempengaruhi pendapat dan perilaku masyarakat atau sekelompok orang. Propaganda tidak menyampaikan informasi secara obyektif, tetapi memberikan informasi yang dirancang untuk memengaruhi pihak yang mendengar atau melihatnya. Tidak kita sadari kaum propaganda, berupaya dengan maksud memberikan berbagai paket bantuan sosial dalam bentuk paket bantuan terdampak covid { bc. Kasus Pergantian Menteri Sosial }, tapi esensinya adalah mereka sedang menanam nilai propaganda guna perpecahan dalam diri setiap anak bangsa yang tidak kita sadari akan membawa nusantara dalam bencana hilangnya integritas bangsa dan negara yang di kenal humanis dan gotong royong.
Jika sudah demikian keadaannya, maka kita akan diperlihatkan oleh bunda pertiwi, bagaimana kaum propaganda seakan tampil dalam program dengan tema ‘ Bersama Maju Memberantas Kemiskinan ‘. Namun sesungguhnya itu adalah program pemiskinan terhadap kaum inlander { bc. Pemilik Kedaulatan di NKRI }. Hal ini dapat di nalar oleh kaum akademisi takkala ‘Pasar Tradisional’ di buatkan ketentuan sangat ketat agar rakyat jelata tetap bergantung pada bantuan sosial kaum propaganda. Dalam pada itu, carrefour {bc.Pasar Modern} memberikan layanan tanpa pengetatan ruang publik yang di jaga oleh SATPOL-PP seperti halnya di pasar tradisional. Ya nasip ya nasip kaum proletar diapit oleh ‘Kapitalis Naga Genit'.
Tulisan sebagaimana tersebut di atas, sesungguhnya saya ingin memantik setiap kita agar setidaknya memahami maksud dari setiap peristiwa yang sedang terjadi. Ingat Diam-nya kaum akademisi, akan melahirkan bencana nasional. Karena hak setiap ANAK NEGERI ‘diperkosa’ oleh sesama anak ibu pertiwi. Kepekaan sosial kaum propaganda adalah hidden program ‘NAGA GENIT’. Waspada lah waspada lah. (*)
Jayapura, (08/03/2021)
By. Sang Profesor Si Hitam Manis Pelipur Lara di TIMUR NUSANTARA.