Pengabdian: Mahasiswa Harus Ikut Atasi Problem Masyarakat

 


 


(iainfmpapua.ac.id) Mahasiswa hendaknya ikut memberikan solusi atas berbagai problem di masyarakat. Sulha, mahasiswi Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syariah (Hukum) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Fattahul Muluk Papua mengutarakan hal ini kepada Tim Humas, 18 Februari 2022. “Saya telah usai mengikuti Program Ekspedisi SAPA Papua 2 di Raja Ampat, dan dari situ saya berpikir bahwa kita, mahasiswa, harus dapat ikut memberikan jalan keluar atas berbagai masalah sosial, pendidikan, dan ekonomi kepada warga di berbagai pelosok,” tuturnya.

Sebelumnya, Sulha bersama beberapa orang lainnya terpilih mengikuti Program Ekspedisi Sapa Papua yang digelar Yayasan Arah Pemuda Indonesia Yogyakarta. Program ini adalah program pemberdayaan masyarakat yang menitikberatkan pada people centered development.



Program yang diikuti oleh 119 peserta dari seluruh Indonesia ini dilaksanakan di Desa Lopintol dan Desa Mumes, Teluk Mayalibit, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat.

“Ini adalah bagian dari pengabdian kepada masyarakat, di mana saya merasa harus ikut berpikir planning apa yang akan kita lakukan dan diterapkan nantinya, guna menjadi bahan pertimbangan masyarakat untuk melakukan hal yang berkelanjutan,” paparnya. Harapannya, solusi yang ditawarkan para mahasiswa akan dapat membantu meningkatkan taraf serta kualitas hidup warga. “Yang lebih penting lagi kita peduli juga peka terhadap keadaan sosial,” urai mahasiswi semester enam ini.

Sulha menuturkan, pihaknya terlibat dalam edukasi dan pengembangan skill masyarakat dalam berwirausaha. “Mengolah hasil mata pencaharian mereka menjadi produk yang memiliki nilai lebih seperti nugget ikan ataupun bakso,” tuturnya. Ia menyatakan bahwa masyarakat memberi respon sangat baik. “Selama ini mereka belum terpikirkan untuk mengembangkan mata pencaharian mereka menjadi produk siap saji dan bernilai lebih,” ucapnya.

Sulha dan timnya bersyukur karena program kerja divisinya diterima dengan baik dan bermanfaat bagi warga. “Awalnya hanya menyasar 1 kampung, namun karena antusias peserta, program ini diadakan juga di kampung lainnya,” terangnya. Ia berharap para mahasiswa IAIN Fattahul Muluk Papua dapat mengembangkan kemampuannya dan mengikuti program-program pengabdian masyarakat lainnya. “Pengabdian perlu kesabaran, perlu waktu, jika tidak terkendala kuliah dan skripsi, saya berencana ikut Program SAPA Papua 3,” pungkasnya.

Anif Muchlasin, peserta lain dari program ini sempat was-was dengan rumor tentang kondisi Papua sebelum ia terjun ke masyarakat. “Namun ternyata tidak ada kendala teknis, warga Papua sangat baik, sangat terbuka, menerima dengan baik kehadiran kami,” ungkap mahasiswa Universitas Gajah Mada Yogyakarta ini. Ia menjelaskan, ada banyak program yang dapat dilakukan generasi muda untuk membantu memajukan masyarakat di Papua. “Selama di sana kami memiliki banyak program untuk masyarakat salah satunya adalah pelatihan pembuatan diversifikasi pangan,” katanya.

Panitia Kegiatan Program Ekspedisi SAPA Papua 2 Melia Soniman, S.Pi menyebutkan bahwa semua program berjalan sesuai target. “Program kerja semuanya mengacu kepada isu-isu atau permasalahan yang ada di Papua, Desa Mumes dengan melihat SDM dan SDA yang ada di sana,” tuturnya. Ia menambahkan, pihaknya berencana menggelar Program Ekspedisi SAPA Papua 3 yang merupakan program lanjutan dari kegiatan ini. (Za/Is/Zul/Her/Ran)

Postingan populer dari blog ini

Musorma harus Menghasilkan Pemimpin yang Memiliki Integritas

IAIN Fattahul Muluk Papua Raih Akreditasi B dari BAN-PT