ARTIKEL | " PENDIDIKAN, TANPA KATA-KATA DARI CORONA-VIRUS "





Oleh. Dr.Hb.IDRUS AL-HAMID,S.Ag.M.Si
Rektor IAIN FATTAHUL MULUK PAPUA.
Suara Minor Poros INTIM.

Jendela Dunia semakin terbuka, menyajikan berbagai peristiwa yang terkadang menakjubkan, menyedihkan dan juga menakutkan. Saat Covid-19 merambah kemana-mana, dipastikan 100% media menyajikan berita yang berkaitan dengan Virus Corona. Fenomena ini bukan hanya menjadi konsumsi elite atau bangsawan melainkan rakyat jelata ikut serta dalam suasana jiwa yang hampa dan terpenjara.

Kompas.com, Selasa 10 Maret 2020, memuat artikel yang menjelaskan bahwa flu biasa dan virus corona atau COVID-19 sebenarnya sama-sama disebabkan oleh virus yang menyerang saluran pernapasan manusia. Akan tetapi, kedua virus ini berasal dari golongan yang berbeda. Virus corona dapat menyerang semua orang dari berbagai rentang usia, baik anak-anak, orang dewasa, ibu hamil atau menyusui, hingga orang lanjut usia (lansia).

Selain itu, orang yang sebelumnya pernah mengalami kondisi medis, seperti asma, diabetes, penyakit jantung, tampaknya lebih rentan untuk menjadi sakit parah akibat virus. Beda dengan flu biasa yang tidak berdampak terhadap rentan usia.

Yang pasti saat Corona virus menerpa dunia,  "IA" mampu merekonstruksi peradaban manusia, yang apabila kita maknai saat segragasi status sosial telah pudar, yang untuk itu melahirkan social distancing atau pembatasan sosial dan berujung pada Lockdown, maka untuk ini kita dapat mengambil pelajaran agar segera mengubah kebiasaan kita.

Dengan demikian, pendidikan yang dapat di peroleh sebagai akibat dari Covid-19 adalah :

  1. Manusia harus menyadari bahwa kebersihan sebahagian dari iman, harus di implementasikan dimanapun kita berada.
  2. Manusia harus menghayati bahwa kewajiban menjaga kelangsungan ekosistem di alam jagat raya bahagian dari tugas utama untuk memakmurkan bumi untuk kepentingan bersama, bukan kepentingan korporasi semata.
  3. Manusia harus menyadari bahwa ada tanggung jawab kolektif terhadap keluarga inti yang tidak bisa diberikan kepada orang lain, sehingga untuk itu kita harus merekonstruksi ulang cara berpikir setiap kita terhadap realita kehidupan keluarga inti.
Dengan demikian, pendidikan tanpa kata-kata yang lahir saat terjadi Coronavirus, setidaknya memberikan isyarat kepada setiap kita agar menghancurkan berbagai "Topeng Peradaban"  yang selama ini menghiasi kehidupan diberbagai belahan dunia. Untuk itu saatnya kita berubah mengikuti irama Sunnattullah dalam kaedah hukum kausalitas kehidupan manusia. Kita hebat karena ada orang yang lemah dan kita tangguh karena ada mereka yang bertindak sebagai rivalitas kehidupan.

Saudara ku, tulisan sebagaimana tersebut di atas, adalah bagian dari rasa yang mungkin 90% kita rasakan saat ini. Untuk itu, kebiasaan saling menyalahkan bukan bagian dari solusi, saling menebar berita hoaks bukan bagian dari peradaban manusia yang sesungguhnya. (Manusia yang baik adalah mereka yang bermanfaat bagi manusia lainnya) yakin bahwa berbagi bukan membuat kita lemah dan hina.

Jayapura, 2 Juni 2020
By. Si Hitam Manis Pelipur Lara, menggelitik setiap jiwa. (*)

Postingan populer dari blog ini

Musorma harus Menghasilkan Pemimpin yang Memiliki Integritas

IAIN Fattahul Muluk Papua Raih Akreditasi B dari BAN-PT