Covid-19 Ancam Moderasi di Papua
Abubakar Siddiq, Suparto Iribaram, Ade Yamin |
(www.iainfattahulmulukpapua.ac.id) - Wabah Covid-19 dapat mengancam moderasi di wilayah Papua. Guru Besar Antropologi Universitas Gajah Mada Prof. Dr. Irwan Abdullah, MA menyampaikan hal ini dalam Webinar Potret Moderasi Beragama: Mari Belajar dari Papua yang digelar Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Fattahul Muluk Papua, 3 Juni 2020.
Menurutnya, pandemi Covid-19 dapat menjadi momentum standarisasi perbaikan sistem administrasi dan system operating procedure menuju suatu standar global yang dapat menindas yang lokal. "Covid-19 sebagai point of departure dari state control yang melahirkan pembatasan dan kategorisasi sosial berdasarkan standar yang diberlakukan," ujarnya.
Selain itu, wabah covid-19 hadir sebagai arena kontestatif dalam perebutan panggung, resources, dan power. Dalam konteks tersebut, Irwan meminta semua pihak agar lebih waspada tidak hanya pada soal kesehatannya, tetapi juga pada potensi lemahnya moderasi di kalangan warga di Papua.
Pada bagian lain, Pembina Majelis Muslim Papua, Thaha Alhamid menyebutkan bahwa moderasi beragama sudah terbina di Papua selama bertahun-tahun.
"Budaya, adat istiadat menjembatani antara suku-suku untuk hidup dalam kedamaian," paparnya.
Maka, pengalaman masa lalu harus menjadi modal dukungan dalam membangun komunikasi dialog antar agama. "Dalam sejarah yang kita tahu, persoalan di Papua adalah masalah ketidakadilan ekonomi, bukan masalah agama," jelasnya. Dalam momentum Webinar tersebut, Thaha meminta seluruh warga untuk saling menguatkan moderasi dalam kondisi wabah saat ini.
Kepala LP2M IAIN Fattahul Muluk Papua Dr. Suparto Iribaram, MA menyampaikan bahwa kegiatan webinar ini dilaksanakan untuk menggali ide dan wawasan dari berbagai pihak dalam menjaga semangat moderasi beragama di Papua.
"Negara kita ini sangat multikultur dan multi agama, nah, kita perlu diskusi terkait pola kehidupan beragama yang dipraktekkan oleh kelompok keagamaan baru yang hadir mengeliminir fakta keragaman etnis dan agama, yang sudah menjadi falsafah hidup Bangsa Indonesia," jelasnya.
Di sisi lain, tambahnya, ketika semua orang sedang memberi perhatian pada wabah covid-19, pihaknya mengangkat tema tersebut sebagai early warning system dalam konteks moderasi beragama di Papua.
Webinar yang dipandu Moderator Dr. Ade Yamin, MA ini diikuti peserta dari seluruh Indonesia.
Dalam aplikasi kami, tercatat ada 1000 lebih pendaftar, menunjukkan bahwa tema ini masih sangat penting untuk didiskusikan, ujar Kepala Unit Teknologi Informasi dan Pangkalan Data (TIPD) IAIN Fattahul Muluk Papua Abubakar Siddiq, S.HI.
Dalam waktu dekat, pihaknya juga akan menggelar webinar yang kedua untuk memenuhi permintaan dari berbagai pihak. (Min/Zul/Her/Ran)