Konferensi ICISER 2024: Ekonomi dan Finansial Jadi Faktor Penentu Pilihan Kuliah
(iainfmpapua.ac.id) – Faktor ekonomi dan finansial menjadi salah satu penentu bagi calon mahasiswa dalam melanjutkan perkuliahan di perguruan tinggi. Dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Fattahul Muluk Papua Dyan Pratiwi, M.Pd mempresentasikan hal ini dalam ‘International Conference on Islamic Studies and Educational Research (ICISER)’ yang digelar Program Pascasarjana UIN Raden Mas Said Surakarta Indonesia secara hybrid, 29 October 2024.
Dalam artikel ‘Problem Analysis of the Low Number of New Student Admissions at Islamic Religious Universities in the Papua Region’ (Case Study at IAIN Fattahul Muluk Papua), ia menyebutkan bahwa Kota Jayapura Papua bukanlah merupakan tolok ukur pendidikan bagi calon mahasiswa. “Orang-orang di Papua, terlebih masyarakat transmigran seperti di daerah Arso, yang memiliki uang, akan lebih memilih tempat-tempat seperti di Jawa untuk kuliah,” urainya.
Hasil penelitian ini menunjukkan ada beberapa hal yang menyebabkan turunnya jumlah penerimaan mahasiswa baru di IAIN Fattahul Muluk Papua. “Wilayah Jayapura bukan merupakan barometer pendidikan, kemudian wilayah jangkauan kampus jauh dari daerah-daerah masyarakat muslim, dan mayoritas warga muslim yang ada di wilayah Papua bukan dari golongan santri,” terangnya. Selain itu, ia juga menyebut beberapa faktor lain seperti lokasi kampus, sarana transportasi umum, dan beberapa program studi yang belum sesuai dengan kemauan calon mahasiswa. Dyan mengatakan, jumlah mahasiswa berdampak pada tingkat keterpenuhan beban kinerja dosen, besaran penerimaan negara bukan pajak (PNBP), akreditasi kampus, serta eksistensi lembaga pendidikan tersebut di masa depan.
Dalam sambutan sebelumnya, Direktur Postgraduate UIN Surakarta Prof. Dr. Islah, M.Ag mengatakan bahwa konferensi ini membicarakan hal penting yang sedang terjadi di lembaga pendidikan dan di masyarakat saat ini. “Topik ini penting karena kita menghadapi masyarakat digital, percepatan segala hal, tapi di sisi lain ada pragmatisme, kebebasan akses di mana orang berekspresi bisa melalui pikiran, tindakan dan segalanya melalui sarana digital,” ujarnya. Kondisi ini seringkali membuat komunikasi terkadang tidak berjalan seperti yang diinginkan. “Dalam isu-isu psikologis hyper, orang begitu merasa teralenasi saat tidak pegang HP, maka perguruan tinggi harus mengambil peran melihat kondisi ini,” paparnya. Menurutnya, hasil yang didiskusikan dalam konferensi ini akan dipublish. “Sejumlah jurnal siap menampung, para presenter bisa bekerjasama untuk berkontribusi pada kehidupan intelektual akademik,” jelasnya.
Konferensi dengan tema ‘Bridging Islamic and Education: Advancing Islamic Studies and Educational Innovation in Digital Era’ ini menghadirkan 120 makalah untuk dipresentasikan. Kegiatan ini diikuti peserta dari 43 institusi di 7 negara. (*)