ARTIKLE | MAHASISWA COVID (Peningkatan Literasi Digital Mahasiswa di Papua Melalui Pembelajaran Daring Menuju Pendidikan Abad 21)
Dewasa
ini, pembahasan mengenai coronavirus disease (Covid-19) sudah menjadi
hal yang lumrah dijumpai, baik di media elektronik maupun media cetak. Covid-19
merupakan penyakit varian baru yang belum pernah diidentifikasi pada manusia
sebelumnya. World Healt Organisation (WHO) pada tanggal 12 Maret 2020
menyatakan bahwa Covid-19 sebagai pandemi dan memberi nama virus tersebut Severe
acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Berdasarkan data
dari worldometers.info per tanggal 20 Oktober 2021 virus penyebab Covid-19
telah menginfeksi 242.294.986 orang di seluruh dunia. Pandemi Covid-19 tidak
hanya mengecam dunia global dalam bidang Kesehatan saja, melainkan pada berbagai
sektor lainnya seperti sosial, pendidikan dan ekonomi.
Dampak
covid-19 di Indonesia dalam dunia pendidikan adalah dengan adanya sistem
pembelajaran jarak jauh yang ditandai dengan pembelajaran daring (pembelajaran
secara online). Pada seluruh tingkatan jenjang pendidikan dilakukan secara
daring. Pembelajaran daring ditandai dengan adanya proses pembelajaran yang
dilakuan dengan memanfaatkan media eletronik sebagai kompenen utamanya. Pada
umumya dapat ditandai dengan adanya pembelajatan yang dilakukan melalui google classroom, zoom meeting, google meet,
dll. Berbabagi perangkat media dimanfaatkan dalam pembelajaran daring. Papua
merupakan salah satu daerah yang terletak di wilayah timur Indonesia. Daerah
ini juga merupakan dearah yang terdampak covid-19 yang mengharuskan sistem
pembelajaran dilakukan secara online.
Problem
utama penerapan pembelajaran daring di Papua adalah banyaknya pelajar yang
rendah pengetahuannya terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan
pendidikan diantara pelajar yang berada di daerah jawa sangatlah berbeda dengan
daerah Papua. Hal ini disebabkan oleh rendahnya tenaga SDM, sulitnya akses
menuju daerah Papua, dan terbatasnya sarana dan prasarana. Pembelajaran daring
selama pandemic covid-19 menuntut dan memaksakan para pelajar di Papua untuk
belajar menggunakan teknologi seperti handphone
dan laptop. Inilah yang menjadi suatu pertanda untuk meningkatkan kualitas
SDM yang ada di Papua dengan mulai mengadopsi teknologi untuk kebutuhan
tertentu, dalam hal ini adalah di dunia pendidikan.
Dalam
dunia perkuliahan, banyak dari kalangan mahasiswa yang tidak menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi. Perubahan transformasi digital terjadi di masa
pandemic, pada awalnya mahasiswa jarang menggunakan teknologi, namun saat ini
teknologi menjadi life style yang
membentuk pola kebiasaan mahasiswa untuk menggunakannya sebagai media
pembelajaran selama masa pandemic. Pengguna media sosial juga cenderung
bergeser menggunakan pola bidang pendidikan work
from home, fleksibel working space, dan conference.
Inilah menjadi suatu keuntungan untuk menghilangkan kurangnya pemahaman
mahasiswa terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tanpa
disadari peralihan sistem pembelajaran daring selama masa pandemic sebagai
bentuk pendidikan adab 21. Pendidikan di Abad 21 berpusat kepada pengembangan
era revolusi industri 4.0 dalam dunia pendidikan yang mengedepankan pengetahuan
sebagai sebagai alat utamanya. Ciri abada 21 menurut Hidayat dan Patras (dalam
Sasmoko, 2017) adalah meningkatkan bentuk komunikasi baik secara langsung
ataupun tidak langsung, semakin banyaknya informasi yang dapat diakses, luasnya
keterbukaan intelektualitas, memanjangnya budaya diantara generasi muda dan
tua, munculnya adanya kepedulian untuk menjaga keseimbangan dunia, meningkatnya
kesadaran terhadap ketergantungan ekonomis, dan mengaburnya batas kedaulatan
budaya tertentu yang diakibatkan tidak terbendungnya akses informasi. Pada
intinya pendidikan di abad 21 dapat ditandai dengan adanya upaya kolaborasi
dunia pendidikan dengan mengadopsi perkembangan teknologi.
Selama
masa pandemic covid-19, sistem pembelajaran dalam dunia pendidikan di kalangan
mahasiswa di Papua dapat membantu mewujudkan pendidikan di abad 21. Berikut
adalah beberapa pembelajaran mahasiswa di masa pandemic
1. Pembelajaran
menggunakan media coference zoom
meeting
Media
coference zoom meeting merupakan
media sebagai ruang untuk melakukan proses pembelajaran jarak jauh secara
daring. Penggunaan media ini menuntut mahasiswa untuk menguasai teknologi mulai
dari tata cara pengisntalan, proses penggunaan media, sampai dengan penguasaan
fitur-fitur media tersebut. Pada umumnya mahasiswa dan dosen melakukan
pembelajaran secara tatap muka, dimasa pandemic pembelajaran dilakuakn secara
daring. Mahasiswa menggunakan media ini sebagai wadah untuk melakuan
pembelajaran dengan aktifitas yang sama dengan pada saat yang dilakukan secara
luring. Bentuk aktiftas yang dilakukan adalah kegiatan pemberian materi oleh
dosen dan presentasi materi. Selain itu media ini digunakan untuk melakukan
seminar-seminar online dan conferensi online lainnya. Penggunaan media ini pada awalnya membutuhkan
penyesuaian, namun dengan pola kebiasaan yang dilakukan akan membentuk sebuah
pola kehidupan yang baru. William
Sewell Jr (dalam Bryan & Turner, 2012) mengatakan bahwa: sumber-sumber
habitus melibatkan ”skema-skema kultur” yang meliputi sejumlah oposisi biner
atau berpasangan yang mendalam yang ditekankan oleh strukturalisme dan post
strukturalime disamping berbagai konfensi resep-resep, skenario-skenario,
prinsip-prinsip tentang tindakan, dan kebiasan-kebiasaan berupa tuturan dan
gerak-gerik tubuh yang dibangun dan dikembangkan dengan alat-alat yang
fundamental. Saat ini, penggunaan coference
zoom meeting merupakan suatu kebiasaan yang dibangun dan dikembangan oleh
masiswa sebagai suatu tindakan untuk tetap melakukan aktifitas pembelajaran
secara daring seperti pada umumnya.
2. Pemberian
materi pembelajaran melalui google
classroom
Penugasan
mahasiswa selama masa pandemic dilkakukan secara eletronik menggunakan aplikasi
google classroom. Aplikasi ini digunakan oleh para dosen untuk
memberikan berbagai penugasan dengan mencantumkan deadline tugas, inilah yang
menjadi salah satu fitur keunggulan aplikasi ini. Selain itu google classroom juga digunakan sebagai
media untuk mengirimkan materi perkuliahan, dengan itu mahasiswa dapat
mengakses dimana saja dan kapan saja. Pada umumnya dalam aplikasi google classroom akan terdapat beberapa
kelas sesuai dengan mata kuliah yang diikuti. Dengan adanya penggunaan media
ini mendukung mahasiswa di Papua untuk beralih menggunakan aplikasi google classroom sebagai bahan untuk
menunjang perkuliahan terutama dalam hal penugasan kuliah. Penggunaan aplikasi
ini meningkatkan literasi digital mahasiswa dalam penguasaan teknologi.
3. Penugasan
pembuatan media pembelajaran dalam bentuk grafis dan video
Masa
pandemic menuntut mahasiswa untuk menguasai berbagai penggunaan teknologi.
Penugasan di masa pandemic di kalangan mahasiswa seperti pembuatan video
pembelajaran, video presentasi, desain grafis berkaitan dengan materi
perkuliahan. Kegiatan inilah yang dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa
terhadap penguasaan teknologi.
4. Pelayanan
akademik terintegrasi secara elektronik
Selama
masa pandemic seluruh aktifitas dilakukan secara worf from home, termasuk kegiatan pelayanan akademik mahasiswa.
Pada umunya sebagain pelayanan akademik di kampus Papua dilakukan secara
langsung. Saat ini, kegiatan tersebut dilakuka n secara online, seperti
pelayanan kartu rencana studi (KRS), pencetakan kartu hasil studi (KHS), dll.
Aktivitas
kegiatan tersebut yang dilakukan oleh mahasiswa dapat dikatakan sudah mulai
menerapkan proses pembelajaran pendidikan abad 21. Abad 21 ditandai dengan
banyaknya: 1) informasi yang tersedia dimana saja dan dapat diakses kapan saja,
2) komputasi yang semakin cepat, 3) otomatisasi yang menggantikan
pekerjaan-pekerjaan penting, 4) komunikasi yang dapat dilakukan dari mana saja
dan kemana saja (Litbang Kemendikbud, 2013). Bentuk kegiatan pembelajaran
pendidikan oleh mahasiswa di Papua selama masa pandemic covid-19 mengalami
perubahan yang signifikan. Pendidikan abad 21 sudah diterapkan dan membawa
berbagai dampak bagi mahasiswa di Papua, seperti:
1. Meningkatan
literasi digital
2. Meningkatkan
kreatifitas mahasiswa
3. Meningkatnya
keaktifan dalam proses pembelajaran
4. Meningkatkan
inovasi mahasiswa
5. Meningkatkan
kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi secara global melalui berbagai
konferensi online.
6. Kemudahan
dalam mengakses informasi digital
Pembelajaran
di abad 21 tidak lagi berfokus kepada tenaga pengajar tetapi kepada peserta
didik dengan tujuan untuk memberikan keterampilan dan kecakapan berfikir di
abad 21 yang dirumuskan dalam “the 4C
skills” yang dirumuskan oleh Framework
Partnership of 21st (Nabila, Nana, 2020). Kegiatan mahasiswa
Papua di masa pandemic sudah termasuk mencapai the 4C skills abad 21, hal ini dibuktikan dengan berbagai kegiatan
yang ada dan output yang sudah dicapai, yang meliputi:
1. Communication/Komunikasi
Komunikasi
mahasiswa di Papua selama masa pandemic meningkat, hal ini dikarenakan
mahasiswa menggunakan media sosial dan media conference sebagai wadah untuk
meningkatan interaksinya secara virtual, sehingga pandemic bukan menjadi
penghalangan pemutus komunikasi. Bentuk komunikasi yang pada awalnya dilakukan
secara luring, namun saat ini banyak dilakukan secara daring di masa pandemic.
2. Collaboration/Kolaborasi
Melalui
penugasan perkuliahan, mahasiswa malakukan kolaborasi dengan perangkat
elektronik untuk menyelesaikan tugas perkuliahan. Selain menggunakan berbagai
perangkat elektronik mahasiswa juga berkolaborasi dengan berbagai aplikasi
untuk menyelesaikan tugas perkuliahan.
3. Critical Thingking and Problem
Solving/ Berfikir Kritis dan Pemecahan Masalah
Kestabilan
jaringan internet menjadi problem utama penyelenggaraan sistem pendidikan
berbaasis online di Papua. Dengan adanya kondisi ini membuat mahasiswa untuk
berfikir kritis untuk mengatasi masalah yang ada. Upaya yang dilakukan adalah
dengan mencari solusi dengan memanfaatkan fasilitas yang menyediakan jaringan
internet agar tetap dapat mengikuti perkuliahan
4. Creative and Innovative/ Daya
Cipta dan Inovasi
Penugasan
perkuliahan dimasa pandemic sangatlah bervariasi, seperti pembuatan video dan
grafis. Dengan adanya penugasan mahasiswa menuntut mahasiswa untuk meningkatkan
kreatifitas dan inovasi idenya untuk menyelesaikan tugas tersebut.
Untuk
meningkatkan pendidikan di Papua diperlukan berbagai upaya melalui peranan dari
berbagai pihak. Peran dari Kementrian Pendidikan Republik Indonesia, Gubenur
Papua, Bupati/Walikota, Perusahaan-Perusahaan lainnya dapat bersinergi untuk
membantu meningkatkan kualitas pendidikan di Papua. Berikut adalah beberapa
kendala yang dapat menghambat laju proses pengadopsian pendidikan di abad 21:
1. Terbatasnya
akses jaringan internet
2. Kurangnya
edukasi terhadap mahasiswa terkait pentingnya teknologi
3. Rendahnya
minat mahasiswa terhadap penggunaan teknologi yang rumit.
4. Terbatasnya
sarana dan prasarana
Upaya-upaya
yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala dan meningkatkan memajukan
pendidikan abad 21 di Papua adalah sebagai berikut:
1. Peningkatkan
kemampuan mahasiswa terhadap penggunaan teknologi melalui kegiatan pelatihan.
2. Peningkatan
fasilitas berupa sarana dan prasarana di bidang teknologi
3. Penguatan
dan pemberian akses layanan internet
4. Pemberian
bantuan pendidikan khusus kepada mahasiswa
5. Melakukan
berbagai kerjasama dengan perusahaan-perusahaan dibidang IT
6. Meningkatkan
kerjasama dengan berbagai universitas unggul baik ditingkat regional ataupun
internasional.
7. Pengadaan
program dan melakukan pendanaan riset mahasiswa dibidang pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
8. Pemberian
akses kepada mahasiswa untuk melakukan kegiatan internship di tempat yang
mengadopsi teknologi sebagai kebutuhan utamanya.
Sasmoko.
(2017). Pendidikan Abad 21. Binus
University. https://pgsd.binus.ac.id/2017/08/08/pendidikan-abad-21/ (diakses pada tanggal 10 Desember 2021)
Turner,
Bryan S. (2012) Teori Sosial Dari Klasik
Sampai Postmodern. Yogyakarta; Pustaka Pelajar
Kemendikbud.
No.0490/U/1992. Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.