MAULID NABI MUHAMMAD SAW, RITUAL ATAU KULTURAL

(Oleh. Prof. Dr. H. Idrus Alhamid, S.Ag, M.Si Cendekia Poros INTIM - ) Saat ini di Nusantara ramai merayakan Milad Nabi Muhammad Ibn Abdillah {Rasulullah SAW}, ragam cara dan bentuk perayaan yang di lakukan oleh masyarkat baik komunal maupun metropolis, seakan-akan ada ungkapan berbagai rasa yang terlihat dalam ekspresi setiap mereka. Model yang di gunakan dalam perayaan Maulid Rasulollah, mengetengahkan ‘Akulturasi simbol agama dan budaya’. Hadirnya sosok orang 'Alim yang diapit oleh tua adat’ diyakini menegaskan bahwa perayaan Milad Rasulollah merupakan kewajiban bagi setiap orang di negeri ini, karena itu ungkapan kepatuhan dan atau kerinduan. Kaum minim pengetahuan miliki keyakinan yang diletakkan ke tokoh yang ada saat perayaan maulid Rasulollah di lakukan, itulah ‘Kultur’ Masyarakat di nusantara yang wajib dipelihara bukan dilemahkan dengan istilah Bid'ah atau penyimpangan. Dalam beberapa literasi, ditemukan keterangan bahwa Dinasti Fathimiyah pertama kali menyelenggarakan perayaan ‘Milad Rasulollah’ pada Abad 12 sebagai bagian strategi yang oleh Salahuddin Al-Ayyub, dipandang bahagian dari Syi'ar, namun untuk itu, Jengis Khan dari Mongol memandang bahwa kekuatan tentara Salahuddin sangat solid sebagaimana tergambar dalam perayaan milad Rasulollah. Jika itu, maka Maulid Rasulollah sebagai show kekuatan seharusnya di pertahankan sebagai bagian syiar dalam konsolidasi ummat. Di Nusantara Milad Rasulollah, pertama kali di lakukan pada Fase Wali Songo yang pada puncaknya dianggap sebagai wadah ummat dalam bentuk ‘Ritual dalam pelataran Kultural’ yang dapat dilihat dalam bentuk pewayangan, Kirap Ampyang, Grebeg Maulidan, panjang Jimat, Bungo Lado, Ngalungsur Pusaka dan Muadu Baku di Sulawesi serta Hadroh debus di bagian timur nusantara. Sangat banyak bentuk perayaan Milad Rasulollah di Nusantara, yang jika direnungi mampu menggambarkan perpaduan antara stratifikasi sosial tanpa sekat dalam peradaban modern terbarukan, itulah Maulid Nabi Muhammad Saww yang memadukan konsep ritual dan kultural dalam persepsi budaya komunal yang bernilai sangat tinggi agar terpelihara hingga ahir hayat. Tulisan sebagaimana tersebut di atas diharapkan mempu memantik kita untuk merenungi bahwa Rasulollah adalah sosok yang hadir dalam setiap perayaan maulid yang dilaksanakan sebagai bagian Cinta Ummat Islam di Nusantara terhadap Rasulollah hingga zaman Global saat ini. By. Si Hitam Manis apelipur Lara di Timur Nusantara _.

Postingan populer dari blog ini

Musorma harus Menghasilkan Pemimpin yang Memiliki Integritas

IAIN Fattahul Muluk Papua Raih Akreditasi B dari BAN-PT