LPPM Ajak Dosen Kerjasama Terbitkan Jurnal
(iainfmpapua.ac.id) – Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Fattahul Muluk
Papua mengajak para dosen untuk bekerjasama dalam menerbitkan jurnal.
“Dalam
pembuatan jurnal yang terindex Scopus, ini tidak bisa dilakukan sendiri, mari
bekerjasama,” ujarnya kepada Tim Humas, 13 Januari 2022.
Dr Suparto Iribaram, MA |
Pihaknya mengajak para dosen untuk membuat tim dalam menerbitkan karya tulisnya agar dapat dimuat dalam jurnal yang berreputasi. “Harus membuat tim, dimana tiap anggotanya memiliki peran dan tugasnya masing-masing,” terangnya. Dengan peran masing-masing tersebut, lanjutnya, segala bentuk persyaratan untuk dapat menembus Scopus akan lebih cepat teratasi. “Kami membuat 14 jurnal, terbagi dalam beberapa peringkat, baik non SINTA, terakreditasi SINTA maupun Scopus,” imbuhnya. Harapannya, pihaknya masih akan mampu untuk menerbitkan jurnal yang terakreditasi. “Agar dapat memotivasi teman-teman dosen yang lain untuk meningkatkan jumlah penelitian agar setara dengan penulis-penulis di perguruan tinggi Lain, karena karya ilmiah sebagai bukti identitas diri sebagai intelektual kampus,” paparnya.
Prof Dr H Idrus Alhamid, MSi |
Dihubungi terpisah, Rektor IAIN Fattahul Muluk Papua Prof. Dr. H. Idrus Alhamid, S.Ag, M.Si mendorong para dosen lebih aktif menerbitkan tulisan dalam berbagai jurnal nasional. “Menulis merupakan tugas profesional dosen dalam menciptakan karya berbentuk gagasan, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang guru dan dosen,” paparnya. Menurutnya, para dosen sudah saatnya menyebarkan gagasan yang melahirkan solusi. “Agar setiap permasalahan akademik maupun non-akademik dapat terselesaikan tanpa melahirkan permasalahan baru,” jelasnya.
Dosen Fakultas Tarbiyah Rahmawansyah
M.Pd menekankan pentingnya kolaborasi antar peneliti yang lain dalam pembuatan
karya ilmiah berakreditasi. “Tim anggotanya tidak harus dalam satu lingkup
instansi yang sama, namun harus tetap dalam satu bidang keilmuan yang sama,” ucapnya.
Dosen Bahasa Inggris ini menyampaikan
tahapan dalam memulai sebuah tulisan. “Dimulai dengan permasalahan-permasalahan
yang saya jumpai saat mengajar mahasiswa di dalam kelas, dari situlah muncul
sebuah ide tulisan, kemudian saya kembangkan menjadi satu buah artikel,”
terangnya. Menurutnya, sebuah tulisan itu berorientasi pada publikasi. “Tidak
hanya sekedar diteliti, ditulis, tapi juga harus dipublikasikan,” ungkapnya.
Selain itu, pembuatan karya ilmiah hingga proses publish memerlukan waktu yang
tidak sebentar. “Dimulai dari proses submit artikel ke jurnal, lalu menunggu
hasil revisi dari para reviwer dan editor jurnal,” terangnya.
Rahmawansyah, MPd |
Ia menuturkan pengalaman rumitnya proses
submit jurnal. “Beberapa kali kami menerima penolakan, namun dengan jiwa
optimis dan kerja keras sehingga salah satu artikel kami berhasil diterima oleh
para reviwer dan dipublish,” paparnya. Rahmawansyah menargetkan tahun ini dapat
lebih produktif dan berkolaborasi dengan dosen-dosen lain. “Dan juga dapat
menghasilkan tulisan-tulisan yang dapat memberikan kontribusi besar pada proses
akademik di kampus, tidak hanya ditulis lalu dipublikasi dan referensi, tetapi
juga dapat langsung diimplementasikan oleh mahasiswa sebagai bahan mata kulliah
ataupun bagi pertimbangan regulasi birokrasi di kampus,” pungkasnya. (Za/Is/Zul/Her/Ran)