ARTIKEL | HADAPI KARANTINA
OLEH: FAISAL SALEH *)
"Bila karantina itu jadi?”
Kebetulan saya diundang melalui Asisten I bidang pemerintahan Sekda Kabupaten Jayapura untuk hadir di Kantor Distrik Sentani dalam rangka koordinasi soal penanganan Covid 19, tanggal 14 April 2020 kemarin. Meskipun undangan pemberitahuan kesannya mendadak karena hanya dihubungi via telepon, namun tetap berketetapan hati untuk datang, sebab pasti yang dibicarakan merupakan sesuatu yang penting menyangkut dengan keadaan yang kita lewati hari-hari terakhir ini.
Dalam pertemuan tersebut mewacana adanya rencana pemerintah daerah untuk mengkarantina wilayah Pasar Lama Sentani, sebab wilayah ini disebut masuk kategori wilayah zona merah dengan kejadian adanya korban meninggal akibat Covid-19 beberapa hari yang lalu. Dalam pertemuan itu, ketua RT korban sempat melaporkan kronologi kejadian sampai menginfokan bahwa keluarga terdekat korban pun saat ini telah diisolasi karena indikasi mereka juga ikut terinfeksi. Dalam hati, mungkin ini alasan sampai diundang, karena saya kebetulan memang juga tinggal di komplek Pasar Lama dan sebagai pengurus masjid. Kehadiran saya Ingin dimintai konfirmasi soal adanya beberapa masjid di sekitar yang masih shalat Jumat dan shalat lima waktu, termasuk informasi jamaah yang ikut serta kegiatan di Makassar, tanggal 19 Maret 2020 lalu yang diduga masih ada yang belum melaporkan diri, serta soal adanya rombongan Jamaah luar Papua yang tertahan di suatu mushallah.
Bagaimana bila ini benar-benar diberlakukan, tentu banyak konsekuensi yang harus dipikirkan.
Sebab yang namanya karantina wilayah sudah masuk kategori pembatasan ruang gerak masyarakat untuk masuk dan keluar di wilayah tersebut. Maka akan ditemui penjagaan dan pengawasan yang lebih ketat terkait lalu lintas orang yang lalu lalang, belum lagi hal yang sangat mendasar bagi masyarakat yaitu kepastian jaminan bahan pokok. Apapun namanya, pembatasan ruang gerak sebenarnya telah dirasakan oleh warga masyarakat dengan ketidaknyamanan social distancing selama ini. Seperti sesuatu yang asing di luar kebiasaan yang dapat menambah beban pikiran.
Perlu kiranya menjadi pertimbangan bagi pemerintah, bahwa pemberlakuan pembatasan tersebut (apakah namanya karantina wilayah atau PSBB), apakah menjadi efektif untuk memutus mata rantai Covid, sebab kalau alasannya hanya kerena ada 1 orang korban meninggal dan beberapa ODP yang belum diketahui dan belum memeriksakan diri, tentu mereka-mereka yang ODP itu jauh hari sebelumnya sebenarnya sudah berinteraksi dengan orang-orang yang ada di wilayah tersebut dan tidak diketahui dengan siapa mereka pernah berinterkasi, bahkan sebenarnya mereka sudah berinteraksi dengan orang luar Pasar Lama Sentani. Kalau sekiranya wilayah Pasar Lama Sentani yang akan dikarantina, sebaiknya terlebih dahulu dilakukan karantina rumah saja secara mandiri bagi mereka yang masuk ODP, sebelum dilakukan karantina wilayah. Belum lagi masyarakat menjadi terstigma sebab belum ada pemerikasan secara menyeluruh, tetapi sudah akan diperlakukan sama dengan mereka yang PDP. Saatnya sekarang mencari data dengan ODP tersebut.
Maka, tidak berlebihan kalaupun harus dikarantina, maka seluruh wilayah Distrik Sentani menjadi cakupan wilayah yang dikarantina. Tentu kembali ke pemerintah dengan segala pertimbangan dan daya upaya akan dihitung terkait dengan rencana tersebut, langkah-langkah seperti apa secara bersama untuk memutus mata rantai wabah ini agar keadaan dapat normal seperti semula. Kita tetap akan mengikuti apa yang direncanakan oleh pemerintah sebagai bentuk ketaatan kepada ulil amri, namun jangan sampai masyarakat menjadi panik yang justru menjadi persoalan baru.
Konsekuaensi lainnya tentu dalam menghadapi keadaan seperti saat ini bukan hanya mempersiapkan hal yang terkait dengan kebutuhan yang bersifat materiil khususnya soal sembako, namun juga tidak kalah pentingnya mempersiapkan diri secara mental untuk tetap tenang dan tidak panik yang dapat membuat diri menjadi lebih tertekan secara psikologis. Keadaan yang menyebabkan imunitas tubuh menjadi menurun. Ujung-ujungnya aspek spiritual akan menjadi hal yang sangat penting dalam menghadapi segala keadaan, hanya dengan bermohon pertolongan kepada Allah dengan cara bersabar dan tetap mendirikan shalat (Wastainuu bi al shabri wa al shalah) yang dapat menguatkan keadaan batin. Semoga badai ini cepat berlalu. Amin. Wallahu alam bil al Shawab.
*) Dr. Faisal Saleh, M.HI. Dosen Fakultas Syariah IAIN Fattahul Muluk Papua.
Dr. Faisal Saleh, M.HI. |
"Bila karantina itu jadi?”
Kebetulan saya diundang melalui Asisten I bidang pemerintahan Sekda Kabupaten Jayapura untuk hadir di Kantor Distrik Sentani dalam rangka koordinasi soal penanganan Covid 19, tanggal 14 April 2020 kemarin. Meskipun undangan pemberitahuan kesannya mendadak karena hanya dihubungi via telepon, namun tetap berketetapan hati untuk datang, sebab pasti yang dibicarakan merupakan sesuatu yang penting menyangkut dengan keadaan yang kita lewati hari-hari terakhir ini.
Dalam pertemuan tersebut mewacana adanya rencana pemerintah daerah untuk mengkarantina wilayah Pasar Lama Sentani, sebab wilayah ini disebut masuk kategori wilayah zona merah dengan kejadian adanya korban meninggal akibat Covid-19 beberapa hari yang lalu. Dalam pertemuan itu, ketua RT korban sempat melaporkan kronologi kejadian sampai menginfokan bahwa keluarga terdekat korban pun saat ini telah diisolasi karena indikasi mereka juga ikut terinfeksi. Dalam hati, mungkin ini alasan sampai diundang, karena saya kebetulan memang juga tinggal di komplek Pasar Lama dan sebagai pengurus masjid. Kehadiran saya Ingin dimintai konfirmasi soal adanya beberapa masjid di sekitar yang masih shalat Jumat dan shalat lima waktu, termasuk informasi jamaah yang ikut serta kegiatan di Makassar, tanggal 19 Maret 2020 lalu yang diduga masih ada yang belum melaporkan diri, serta soal adanya rombongan Jamaah luar Papua yang tertahan di suatu mushallah.
Bagaimana bila ini benar-benar diberlakukan, tentu banyak konsekuensi yang harus dipikirkan.
Sebab yang namanya karantina wilayah sudah masuk kategori pembatasan ruang gerak masyarakat untuk masuk dan keluar di wilayah tersebut. Maka akan ditemui penjagaan dan pengawasan yang lebih ketat terkait lalu lintas orang yang lalu lalang, belum lagi hal yang sangat mendasar bagi masyarakat yaitu kepastian jaminan bahan pokok. Apapun namanya, pembatasan ruang gerak sebenarnya telah dirasakan oleh warga masyarakat dengan ketidaknyamanan social distancing selama ini. Seperti sesuatu yang asing di luar kebiasaan yang dapat menambah beban pikiran.
Perlu kiranya menjadi pertimbangan bagi pemerintah, bahwa pemberlakuan pembatasan tersebut (apakah namanya karantina wilayah atau PSBB), apakah menjadi efektif untuk memutus mata rantai Covid, sebab kalau alasannya hanya kerena ada 1 orang korban meninggal dan beberapa ODP yang belum diketahui dan belum memeriksakan diri, tentu mereka-mereka yang ODP itu jauh hari sebelumnya sebenarnya sudah berinteraksi dengan orang-orang yang ada di wilayah tersebut dan tidak diketahui dengan siapa mereka pernah berinterkasi, bahkan sebenarnya mereka sudah berinteraksi dengan orang luar Pasar Lama Sentani. Kalau sekiranya wilayah Pasar Lama Sentani yang akan dikarantina, sebaiknya terlebih dahulu dilakukan karantina rumah saja secara mandiri bagi mereka yang masuk ODP, sebelum dilakukan karantina wilayah. Belum lagi masyarakat menjadi terstigma sebab belum ada pemerikasan secara menyeluruh, tetapi sudah akan diperlakukan sama dengan mereka yang PDP. Saatnya sekarang mencari data dengan ODP tersebut.
Maka, tidak berlebihan kalaupun harus dikarantina, maka seluruh wilayah Distrik Sentani menjadi cakupan wilayah yang dikarantina. Tentu kembali ke pemerintah dengan segala pertimbangan dan daya upaya akan dihitung terkait dengan rencana tersebut, langkah-langkah seperti apa secara bersama untuk memutus mata rantai wabah ini agar keadaan dapat normal seperti semula. Kita tetap akan mengikuti apa yang direncanakan oleh pemerintah sebagai bentuk ketaatan kepada ulil amri, namun jangan sampai masyarakat menjadi panik yang justru menjadi persoalan baru.
Konsekuaensi lainnya tentu dalam menghadapi keadaan seperti saat ini bukan hanya mempersiapkan hal yang terkait dengan kebutuhan yang bersifat materiil khususnya soal sembako, namun juga tidak kalah pentingnya mempersiapkan diri secara mental untuk tetap tenang dan tidak panik yang dapat membuat diri menjadi lebih tertekan secara psikologis. Keadaan yang menyebabkan imunitas tubuh menjadi menurun. Ujung-ujungnya aspek spiritual akan menjadi hal yang sangat penting dalam menghadapi segala keadaan, hanya dengan bermohon pertolongan kepada Allah dengan cara bersabar dan tetap mendirikan shalat (Wastainuu bi al shabri wa al shalah) yang dapat menguatkan keadaan batin. Semoga badai ini cepat berlalu. Amin. Wallahu alam bil al Shawab.
*) Dr. Faisal Saleh, M.HI. Dosen Fakultas Syariah IAIN Fattahul Muluk Papua.