ARTIKEL | Dampak ‘Positif Covid-19'

Oleh: Masaalah Marasabessy

(Mahasiswa Prodi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI)  IAIN Fattahul Muluk Papua)


Dunia kini tengah mengalami problematika besar yang mengguncang stabilitas, keamanan dan kesehatan manusia. Permasalahan tersebut adalah penyebaran wabah covid 19 atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan virus corona. Virus corona pertama kali muncul dan diumumkan pada petengahan Desember 2019 saat pertama kali menyebar di Wuhan, China. Virus ini menjadikan banyak orang stres, ketakutan, panik, bahkan frustasi, karena virus ini dapat membunuh manusia yang terjangkitnya dalam hitungan hari. Belum ada vaksin untuk virus kecil dengan ukuran 400-500 mikrometer ini. Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia per 27 Maret 2020, kasus kematian akibat virus corona di dunia mencapai 26.865 dengan pasien positif corona mencapai 586.140. Tingkat kematian mencapai 4.58% dan yang berhasil sembuh sekitar 130.858 orang. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat setelah China, India dan Amerika Serikat juga mencatatkan kematian pasien covid.
Virus mematikan ini menjadikan banyak kota di dunia lockdown dan memaksa seluruh warganya untuk tetap mengisolasikan diri di rumah masing-masing. Dunia mengalami ketakutan yang semakin meningkat, pengeluaran negara yang semakin besar, kurangnya tenaga medis, dan lemahnya perekonomian. Namun demikian, meskipun memiliki dampak negatif yang begitu besar, wabah virus ini tentu saja memiliki sisi ‘positif’ yang tak ternilai. Karena segala sesuatu yang diciptakan tentu saja memiliki peran dan manfaatnya masing-masing. Mari kita lihat apa saja peluang ‘dampak baik’ dari penyebaran virus ini?

1.      Masyarakat lebih memperhatikan kesehatan.
Jika dahulunya masyarakat jarang memperhatikan kesehatannya entah karena sibuk bekerja ataupun pola hidup yang tidak sehat, tentu saja hal ini tidak lagi berlaku disaat krisis dunia yang diakibatkan karena virus corona ini. Virus mematikan yang menyerang sistem pernapasan manusia ini mengajarkan kepada manusia agar tetap menggunakan masker ketika berpergian, mencuci tanggan menggunakan sabun dan air mengalir setiap kali memegang sesuatu. Pelaksanaannya dilakukan tidak secara asal-asalan melainkan secara betul-betul, menggunakan hand santizer untuk tetap menjaga sterilnya tangan. Virus ini membuat banyak pihak melakukan protokol kesehatan penyemprotan disinfekatan agar terhindar dari kuman, berolahraga secara rutin di rumah, berjemur di bawah sinar matahri, dan mengajarkan manusia agar mengkonsumsi makanan yang benar-benar halal dan baik.

2.      Kurangnya polusi sehingga kualitas udara membaik.
Istilah Lockdown atau yang lebih dikenal dengan istilah penutupan kota yang mengakibatkan pembatasan perjalanan transporatasi yang sering digunakan manusia memiliki manfaat yang luar biasa dahsyat. Dengan adanya penutupan kota dan menghimbau agar mayarakat tetap di rumah aja dan social distancing akibat pandemi wabah virus corona ini menyebabkan polusi udara dari asap kendaraan berkurang. Tak hanya transportasi darat, penutupan dan pembatasan penerbangan domestik dan internasionalpun mengurangi tingkat polusi udara yang begitu signifikan.

3.      Pendidikan online.
Pandemi virus corona yang menyebar begitu cepat dan sangat mematikan bukan hanya mempengaruhi berbagai tatanan masyarakat seperti aktivitas ekonomi dan lain sebagainya. Kemunculan virus inipun turut mempengaruhi sistem pendidikan dan cara belajar seorang peserta didik. Sehingga Presiden Joko Widodo mengambil kebijakan tentang kerja di rumah (work at home), kuliah daring, belajar online hingga penghapusan Ujian Nasional (UN). Sebenarnya jika dikaji lebih mendalam kebijakan tentang belajar online mendapatkan krtitikan dari begitu banyak masyarakat terutama para mahasiswa, pasalnya sistem beajar online ini dirasa kurang efektif, dan lebih efektif jika bertatap muka secara langsung. Permasalahan perangkat teknologi dan pemenuhan kouta internetpun turut terungkap. Tetapi dibalik semua polemik itu, belajar online memiliki dampak positif yakni proses belajar mengajar yang dilakukan antara siswa dengan guru tentu saja akan ada pendampingan dari orang tua wali murid itu sendiri. Jadi, orang tua dari siswa itu sendiri bisa memantau, mengontrol, dan melihat perkembangan belajar mengajar yang dilakukan anaknya. Dan dengan sistem online ini dapat terbangu komunikasi yang lebih intens antara guru dengan orang tua siswa.

4.      Waktu bersama keluarga lebih banyak.
Maraknya penyebaran covid 19 tentu saja turut mengubah hubungan kekeluargaan. Dahulu, mungkin saja hubungan keluarga tidak harmonis karena banyak manusia yang lebih mementingkan dunia dengan cara bekerja atau mengejar karirnya baik orang tua yang mencari nafkah hingga jarang pulang dengan alasan lembur kerja, anak muda yang mengejar materi, kasih sayang orang tua kepada anak yang berkurang karena sibuk bekerja dan mengakibatkan anak melakukan pergaulan bebas ataupun mengalami broken home hingga anak-anak yang sibuk dengan urusan pendidikannya. Kemunculan wabah covid 19 ini tentu saja merubah keluarga yang sebelumnya jarang bertemu, tidak harmonis, kini sekarang menjadi lebih harmonis. Hal ini dikarenakan gerakan ‘di rumah aja’ dan social distancing tentu saja akan mengakibatkan waktu orang tua dan anak akan semakin banyak.

5.      Orang semakin rajin beribadah.
Bisa jadi, sebelum adanya penyebaran pandemi covid 19, manusia terlihat hanya mengejar kegiatan dunia saja. Saat ini, sangat mungkin orang-orang lebih menjaga wudhunya, lebih menjaga hubugannya dengan Allah SWT. Meskipun faktanya masjid-masjid yang dibangun di setiap sudut kota yang dulunya ramai sekarang telah sunyi. Perintah untuk beribadah di rumah saja tentu saja mendapat banyak kritikan dari masyarakat. Tetapi yang perlu digaris bawahi adalah semua ini dilakukan untuk kemaslahatan bersama. Orang jadi lebih giat beribadah di rumah dan memohon ampun kepada Allah.

6.      Meningkatnya taraf ekonomi pedagang ‘Toga’.
Persaingan dunia bisnis yang turut dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan informasi tentu saja menjadi masalah besar bagi pedagang kecil. Jika tak mampu bersaing maka kelangsungan usaha tersebut akan mati. Jika dahulu orang-orang lebih banyak berbelanja pada pusat perdagangan modern, dan membeli sesuatu yang mahal, tentu saja wabah covid 19 lambat laun mulai menepis hal tersebut. Salah satu contoh konkrit yang dapat ditemui adalah larisnya barang tanaman obat keluarga (Toga) yang dikemas dalam minuman seperti wedang ronde, wedang jahe, jahe merah. Ketiga tanaman ini mengalami permintaan di pasaran yang begitu pesat, hal ini disebabkan masyarakat percaya bahwa efek panas dari jahe dapat membantu menjaga daya tahan tubuh dalam menangkal virus corona. 

7.      Rasa kepedulian dan kerja sama semakin meningkat.
Penyebaran pandemi covid 19 tentu saja turut mempengaruhi rasa kepedulian dan kerja sama. Jika dahulu orang-orang lebih senang berlaku individualis, hal tersebut terasa berbeda setelah adanya virus corona ini. Rasa kemanusiaan yang dibangun dengan dasar ikhlas seperti donasi untuk korban corona, donasi APD kesehatan dan lain sebagainya yang bertujuan untuk menghentikan penyebaran corona ini semakin marak dilakukan. Rasa kepedulian yang timbul antar sesama manusia ini tentu saja tidak lagi memandang SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan). Selain itu semua manusia saling membantu dan bekerja sama untuk melawan virus ini. Begitu banyak informasi yang beredar di media tentang upaya saling menguatkan dan pemberian semangat kepada para tenaga kesehatan yang bekerja keras untuk melawan pandemi Covid. Hal ini dapat menjadi salah satu contoh bahwa kerja sama antara manusia diharapkan semakin meningkat. (*)

Postingan populer dari blog ini

Musorma harus Menghasilkan Pemimpin yang Memiliki Integritas

IAIN Fattahul Muluk Papua Raih Akreditasi B dari BAN-PT