ARTIKEL | “SHAUM DI MUSIM CORONA (Internalisasi Madrasah Ramadhan)
Oleh: Dr. Zulihi, M.Ag.
(Wakil Dekan I Fakultas Tarbiyah IAIN Fattahul Muluk Papua)
Itulah bedanya madrasah Ramadhan yang dikerjakan di rumah dengan di luar rumah
Wabah Corona (Covid-19) masih belum bisa diprediksi kapan akan berakhir. Sebagian orang memprediksi bahwa Corona (Covid-19) akan berakhir masanya sebelum datangnya bulan suci Ramadhan. Walhasil, senyatanya hingga saat ini Corona masih menjangkiti banyak orang, khususnya di Indonesia. Selain itu, di Papua, perkembangan kasus Corona (Covid-19) semakin hari justru semakin memprihatinkan, sehingga Pemerintah Daerah menetapkan status tanggap darurat terhadap penanganan Corona (Covid-19) ini. Dalam konteks itu, Pemerintah memperpanjang masa status penanganan Corona (Covid-19) dengan keluarnya berbagai macam surat edaran, himbauan, dan maklumat untuk menyadarkan masyarakat membatasi aktivitasnya di luar rumah (Physical Distancing). Semestinya masyarakat sudah mulai sadar dengan sesadar-sadarnya akan bahaya yang disebabkan oleh Corona (Covid-19), namun sebagian masyarakat masih menganggap remeh dan bahkan tidak menghiraukan lagi maklumat maupun himbauan dari Pemerintah, sehingga sangat sulit untuk memutus mata rantai penyebarannya.
Memasuki bulan suci Ramadhan, masyarakat agaknya mulai resah dan gelisah dengan dikeluarkannya edaran maupun himbauan untuk tidak melakukan ritualitas kegiatan keagamaan yang mendatangkan kerumunan orang banyak, diantaranya; shalat berjamaah dan tarawih di masjid, tadarrus Alquran di masjid, buka puasa bersama, nuzulul quran di masjid, hingga sholat idul fitri. Kegiatan ritualitas keagamaan tersebut harus tetap dikerjakan di rumah, dengan maksud mencegah penyebaran Corona (Covid-19) agar tidak meluas. Namun realitas yang ada, sebagian masyarakat tampak tidak mempedulikan himbauan Pemerintah, sebab masih ada sebagian masjid ataupun musalla yang melaksanakan shalat berjamaah, seakan-akan tidak memperdulikan lagi aspek kemudaratan banyak orang.
Kalau demikian faktanya, lalu kapan Corona (Covid-19) ini akan berakhir masanya? Atau tidakkah masyarakat berpikir akan dampaknya? Tidak bisa dibayangkan akhir-akhir ini banyak masyarakat yang menjadi pengangguran akibat pemutusan hubungan kerja (PHK) dan banyak pula yang rumahkan tanpa diberikan gaji, karena perusahaan sudah tidak mampu lagi membayar upah ataupun gaji karyawannya. Demikian pula halnya terkait dengan ibadah dan amaliah. Dalam kondisi seperti ini, sebenarnya siapapun tidak akan pernah mau ibadahnya di bulan suci Ramadhan ini menjadi terganggu gara-gara munculnya Virus Corona (Covid-19). Pastilah setiap orang akan memanfaatkan momen bulan suci Ramadhan ini untuk melaksanakan Ibadah dan amaliah secara totalitas, tanpa gangguan dan hambatan apapun. Karena Bulan suci Ramadhan merupakan bulan yang sangat mulia yang penuh dengan berkah, rahmah dan ampunan. Bulan yang didalamnya umat Islam diwajibkan untuk berpuasa dan disunnahkan qiyam Ramadhan pada malamnya. Selain itu, pada bulan Ramadhan Allah SWT membuka pintu-pintu rahmat dan magfirahnya, serta melipatgandakan pahala-pahala hambanya sebanyak-banyaknya. Karena begitu pentingnya puasa bagi orang-orang yang beriman dan fadilah-fadilah yang ada didalamnya, maka Allah SWT mewajibkan kaum mukmin-mukminat untuk melaksanakan ibadah puasa. (lihat QS. Al-Baqarah:183).
Demikian pula halnya, dalam bulan suci Ramadhan merupakan bulan yang di dalamnya terdapat peristiwa-peristiwa penting yang menentukan nasib umat manusia di jagat raya ini. Mengapa? Karena pada bulan ini Rasulullah SAW mempertaruhkan pasukan Badar dalam pertarungan antara yang haq dan bathil. Perang Badar yang menjadi penentu antara hidup dan matinya Islam bermula pada hari Jumat tanggal 17 bulan Ramadhan tahun kedua Hijriah bertepatan dengan 17 Maret 623 M, sehingga dalam Alquran waktu perang Badar diungkapkan sebagai yaumul furqan, yakni hari yang membedakan antara yang haq dan yang bathil. Pada akhirnnya Allah SWT memenangkan hambanya-Nya yang hak atas orang-orang kafir yang bathil. Itulah kemenangan pertama sebagai awal kemenangan demi kemenangan risalah dakwah Islam.
Oleh sebab itu, dalam suasana wabah Corona (Covid-19) yang sedang melanda saat ini, bertepatan dengan datangnya bulan suci Ramadhan, maka nilai-nailai tarbiyah akan tetap terlaksana meskipun hanya dilakukan di rumah (Stay At Home). Dengan demikian, sesesungguhnya bulan Ramadhan penuh dengan nilai-nilai pendidikan, sehingga dinamakan syahrut tarbiyah atau bulan penggemblengan pribadi muslim menjadi peribadi muttaqin, orang-orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Itulah madrasah Ramadhan yang penuh berkah di bulan mulia ini meskipun dalam suasana Corona (Covid-19) yang mengharuskan kita untuk tetap tinggal di rumah (Stay at Home).
Diantara nilai-nilai tarbiyah/pendidikan Ramadhan dimaksud sebagai berikut:
Pertama, Pengendalian diri. Pada bulan Ramadhan setiap orang yang berpuasa diwajibkan menahan diri dari makan dan minum, berhubungan dengan suami istri pada siang hari serta dari hal-hal yang membatalkan puasa, mulai terbit fajar hingga terbenam matahari. Inilah tarbiyah bagi orang-orang yang berpuasa agar mampu mengendalikan diri dari nafsu duniawi yang rendah, yang sering menjadikan manusia serakah dan menerjang hukum Allah SWT. Apa saja dimakan tanpa memandang halal dan haram, demi meraih kenikmatan, kedudukan jabatan, gengsi dan atribut duniawi. Hasil dari tarbiyah dan pengendalian diri adalah lahirnya pribadi yang tegar dan zuhud, tidak tertipu oleh gemerlapnya duniawi. Karena sesungguhnya jalan meraih sukses sangat mahal, adapun jalan kehancuran itu enak dan melalaikan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Dihampari jalan menuju syurga dengan segala yang kita benci dan dihiasi jalan ke neraka dengan dengan syahwat (HR. Turmudzi).
Untuk itulah, dalam kondisi wabah Corona saat ini, maka madrasah Ramadhan menjadikan kita untuk tetap mengendalikan diri dari perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada kepentingan nafsu duniawi semata. Untuk itulah dalam madrasah Ramadhan yang kita lakukan dirumah, akibat dari pembatasan aktivitas di luar (Physical Distancing), maka kesempatan yang seluas-luasnya untuk bermuhasabah diri terhadap apa yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga dapat memperbaiki diri. Lihatlah realitas yang sesungguhnya dalam dunia ini, begitu banyak orang yang serakah mengikuti hawa nafsunya untuk kepentingan duniawi, sehingga tidak jelas lagi mana yang halal maupun haram.
Untuk itulah dalam kondisi sulit saat ini akibat wabah Corona (Covid-19) dalam upaya menebus dosa-dosa masa lalu karena keserakahan dan kegoisan, setidaknya harus memperbaiki diri menjadi orang atau pribadi yang jauh lebih baik. Ingatlah kawan hidup didunia ini hanyalah sementara, masih ada kehidupan yang jauh lebih kekal dan abadi selanjutnya yaitu akhirat. Jika memiliki harta, maka berusahalah untuk memberikan sebagian dari apa yang dimiliki untuk orang yang lebih membutuhkan. Mumpung di bulan suci Ramadhan dan bertepatan dengan masa-masa sulit akibat Corona (Covid-19), dan masih banyak saudara-saudara kita yang sangat membutuhkan. Hal ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah atas rezeki yang telah diberikan.
Seandainya kita mengerti dan menyadari begitu besar keutamaan sadaqah di bulan suci Ramadhan, maka mungkin saja seluruh apa yang kita miliki akan diberikan kepada orang yang yang lebih membutuhkan, karena Allah SWT akan melipat gandakan pahala bagi orang yang bersadaqah. Allah SWT menjelaskan dalam Alquran yang artinya Sesungguhnya orang yang bersadaqah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat gandakan pahalanya (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak” (QS. Al-Hadid: 18).
Selain itu sadaqah juga akan menjauhkan hamba dari api neraka, sebagaimana Sabda Rasulullah SAW yang artinya Jauhilah api neraka meskipun hanya bersadaqah dengan sebutir kurma, jika kamu tidak punya maka bisa dilakukan dengan kalimat thaiyyibah” (HR. Bukhari dan Muslim). Demikianlah keutamaan orang yang bersadaqah apalagi di bulan suci ramadahan, maka Allah SWT akan melipat gandakan pahalanya. Sehingga dengan berinfak dan bersadaqah akan menghindarkan seseorang dari sifat keserakahan dan menimbun-nimbun harta. Kalau hal tersebut kita lakukan, maka jadilah sesorang menjadi pribadi yang sukses atas madrasah Ramadhan meskipun dalam suasana di rumah (Stay At Home) dan pembatasan aktivitas di luar (Physical Distancing)
Pribadi sukses dari hasil tarbiyah Ramadhan adalah pribadi yang istiqomah dan tegar dalam dalam memandang dunia sebagaimana disebutkan dalam al-Quran yang artinya Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli dari mengingat Allah, dari mendirikan shalat dan membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang hati dan pengelihatan menjadi goncang (QS. An-Nuur: 37).
Kedua, Penyucian diri. Pada bulan Ramadhan setiap shaimiin diwajibkan menyucikan dirinya dengan cara mengendalikan pengelihatan, lisan, hati dan nafsu seksual yang halal sekalipun, karena akan merusak puasanya. Seperti melihat perkara maksiat, mendengar hal-hal yang dapat melalaikan dari mengingat Allah SWT, mengucapkan kata-kata bathil yang tidak bermanfaat, perasaan dengki, hasad, ghibah, (menggunjing) namimah (adu domba) dan sebagainya. Inilah tarbiyah tingkat tinggi untuk menyucikan pribadi shaimiin menjadi pribadi mutatharin, bersih dari segala maksiat, terbebas dari penyakit jiwa dan tercelup dengan nilai-nilai luhur, serta menghiasi diri dengan akhlak Islami. Itulah pribadi muslim yang bersih badannya, bersih jiwanya, sehat fisiknya dan sehat pula ruhaninya. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang mensucikan jiwanya, dan sesungguhnya rugilah orang yang mengotorinya (Asy Syams :9-10).
Dalam konteks tersebut di atas, maka dalam susana wabah Corona (Covid-19) yang mengharuskan setiap orang untuk membatasi aktivitas di luar merupakan hikmah untuk dapat diambil pelajaran di dalamnya yakni terhindar dari perbuatan-perbuatan maksiat yang dapat merusak pahala puasa akibat dari mengucapkan kata-kata yang bathil yang tidak bermanfaat. Oleh sebab itu madrasah Ramadhan di rumah mengajarkan kepada kita untuk melatih diri dari mengeluarkan kata-kata yang tidak bermanfaat sehingga menjadi terbiasa melakukannya selepas bulan Ramadhan.
Ketiga, Taqarrub Ilallah. Pada bulan suci Ramadhan ini sangat ditekankan sekali untuk menegakkan shalat malam, yaitu shalat tahajjud, qiyamul lail atau shalat tarwih. Shalat malam biasa dilakukan oleh Rasululullah SAW di akhir atau dua pertiga terakhir malam, sebagai taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT, berkomunikasi langsung di jalur tol bebas hambatan untuk mengadukan berbagai macam persoalan, memohon kekuatan agar mampu mengatasi aneka masalah dalam kancah kehidupan. Hasil diklat dalam madrasah Ramadhan ini adalah generasi qawiyy, yang kuat, tahan banting dan tahan uji serta istiqomah dalam memperjuangkan izzul Islam wal muslimin. Merekalah ibaadur-rahman hamba-hamba Allah SWT yang Maha Rahman yaitu: Orang-orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Raab mereka” (al-Furqan :64)
Untuk itulah dalam kondisi Corona (Covid-19) saat ini yang mengharuskan setiap orang untuk tetap tinggal di rumah merupakan kesempatan emas dalam rangka mengajak keluarga dan anak-anak kita agar tetap istiqamah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan melakukan berbagai macam rangkaian ibadah dimulai dari shalat lima waktu, berzikir, berdoa, shalat tahajuj, qiyamul lail atau shalat tarawih. Dampak yang ditimbulkan dari rangkaian ibadah secara bersama-sama dengan keluarga dan anak-anak kita dirumah, maka selepas Ramadhan mereka akan menjadi terbiasa untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT tanpa harus diperintah, namun karena kesadaran. Itulah bedanya madrasah Ramadhan yang dikerjakan di rumah dengan di luar rumah, sehingga keluarga dan anak-anak kita menjadi terkontrol.
Keempat, Tilawah Alquran. Salah satu syiar bulan Ramadhan adalah memperbanyak tilawah Alquran. Tilawah Alquran bukan sekadar membaca dengan menyertakan seluruh potensi fisik, ruhani, dan pemikiran untuk memahami dustur (undang-undang) Ilahi dalam Alquran. Bila seseorang muslim menghayati betul apa yang dibacanya, maka sesungguhnya akan terbentang betapa sempurnanya undang-undang Ilahi ini. Inilah qalam Allah SWT Dzat yang Maha Mengetahui dan Maha Perkasa, serta Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dia ciptakan alam dengan segala pernak perniknya. Sangat logis bila Dia yang paling pantas dan paling layak menentukan segala peraturan. Hanya Dia yang paling pantas untuk disembah, ditakuti, dan paling dicintai. Hanya padanyalah kekuasaan dan kemahaadilan tertinggi. Dari tilawah Alquran ini akan lahir pribadi Rabbani yang sempurna iman dan taqwanya, yang senantiasa mengajarkan kebaikan kepada orang lain dan serta senantiasa belajar dan menjadi teladan di tengah umat (lihat QS. Ali Imran:79).
Dalam konteks tersebut di atas, maka madrasah Ramadhan yang dilaksanakan di rumah bersama dengan keluarga dan anak-anak merupakan peluang dan kesempatan yang sangat berharga bagi setiap orang. Dimana mungkin selama ini jarang memiliki kesempatan untuk mengajarkan dan membaca Alquran secara bersama-sama dengan anggota keluarganya, akibat dari berbagai macam kesibukan sehingga tidak memiliki waktu sama sekali. Harapannya melalui tilawah Alquran yang dilakukan secara bersama-sama dengan anggota keluarga, sehingga dengan mudah dapat di kontrol agar mereka tetap istiqomah dalam membaca Alquran, dan selepas Ramadhan menjadi terbiasa untuk dekat dengan Alquran. Kalau keluarga dan anak-anak kita sudah menjadi terbiasa, dan pada diri mereka telah terkarakter Alquran ini, maka tidak menutup kemungkinan apabila mereka tidak membaca Alquran satu hari saja, maka rasa-rasanya belum lengkap. Walhasil akan lahir pribadi-pribadi muslim yang rabbani, sempurna iman dan taqwanya. Itulah diantara nilai tarbiyah Ramadhan untuk melahirkan pribadi mukmin pilihan, muttaqin kaamilin. Amin ya Rabbal Alamin! Wallahu Alamu BisSAWab. Semoga bermanfaat. (*)
Jayapura, 27 April 2020
(Wakil Dekan I Fakultas Tarbiyah IAIN Fattahul Muluk Papua)
Itulah bedanya madrasah Ramadhan yang dikerjakan di rumah dengan di luar rumah
Wabah Corona (Covid-19) masih belum bisa diprediksi kapan akan berakhir. Sebagian orang memprediksi bahwa Corona (Covid-19) akan berakhir masanya sebelum datangnya bulan suci Ramadhan. Walhasil, senyatanya hingga saat ini Corona masih menjangkiti banyak orang, khususnya di Indonesia. Selain itu, di Papua, perkembangan kasus Corona (Covid-19) semakin hari justru semakin memprihatinkan, sehingga Pemerintah Daerah menetapkan status tanggap darurat terhadap penanganan Corona (Covid-19) ini. Dalam konteks itu, Pemerintah memperpanjang masa status penanganan Corona (Covid-19) dengan keluarnya berbagai macam surat edaran, himbauan, dan maklumat untuk menyadarkan masyarakat membatasi aktivitasnya di luar rumah (Physical Distancing). Semestinya masyarakat sudah mulai sadar dengan sesadar-sadarnya akan bahaya yang disebabkan oleh Corona (Covid-19), namun sebagian masyarakat masih menganggap remeh dan bahkan tidak menghiraukan lagi maklumat maupun himbauan dari Pemerintah, sehingga sangat sulit untuk memutus mata rantai penyebarannya.
Memasuki bulan suci Ramadhan, masyarakat agaknya mulai resah dan gelisah dengan dikeluarkannya edaran maupun himbauan untuk tidak melakukan ritualitas kegiatan keagamaan yang mendatangkan kerumunan orang banyak, diantaranya; shalat berjamaah dan tarawih di masjid, tadarrus Alquran di masjid, buka puasa bersama, nuzulul quran di masjid, hingga sholat idul fitri. Kegiatan ritualitas keagamaan tersebut harus tetap dikerjakan di rumah, dengan maksud mencegah penyebaran Corona (Covid-19) agar tidak meluas. Namun realitas yang ada, sebagian masyarakat tampak tidak mempedulikan himbauan Pemerintah, sebab masih ada sebagian masjid ataupun musalla yang melaksanakan shalat berjamaah, seakan-akan tidak memperdulikan lagi aspek kemudaratan banyak orang.
Kalau demikian faktanya, lalu kapan Corona (Covid-19) ini akan berakhir masanya? Atau tidakkah masyarakat berpikir akan dampaknya? Tidak bisa dibayangkan akhir-akhir ini banyak masyarakat yang menjadi pengangguran akibat pemutusan hubungan kerja (PHK) dan banyak pula yang rumahkan tanpa diberikan gaji, karena perusahaan sudah tidak mampu lagi membayar upah ataupun gaji karyawannya. Demikian pula halnya terkait dengan ibadah dan amaliah. Dalam kondisi seperti ini, sebenarnya siapapun tidak akan pernah mau ibadahnya di bulan suci Ramadhan ini menjadi terganggu gara-gara munculnya Virus Corona (Covid-19). Pastilah setiap orang akan memanfaatkan momen bulan suci Ramadhan ini untuk melaksanakan Ibadah dan amaliah secara totalitas, tanpa gangguan dan hambatan apapun. Karena Bulan suci Ramadhan merupakan bulan yang sangat mulia yang penuh dengan berkah, rahmah dan ampunan. Bulan yang didalamnya umat Islam diwajibkan untuk berpuasa dan disunnahkan qiyam Ramadhan pada malamnya. Selain itu, pada bulan Ramadhan Allah SWT membuka pintu-pintu rahmat dan magfirahnya, serta melipatgandakan pahala-pahala hambanya sebanyak-banyaknya. Karena begitu pentingnya puasa bagi orang-orang yang beriman dan fadilah-fadilah yang ada didalamnya, maka Allah SWT mewajibkan kaum mukmin-mukminat untuk melaksanakan ibadah puasa. (lihat QS. Al-Baqarah:183).
Demikian pula halnya, dalam bulan suci Ramadhan merupakan bulan yang di dalamnya terdapat peristiwa-peristiwa penting yang menentukan nasib umat manusia di jagat raya ini. Mengapa? Karena pada bulan ini Rasulullah SAW mempertaruhkan pasukan Badar dalam pertarungan antara yang haq dan bathil. Perang Badar yang menjadi penentu antara hidup dan matinya Islam bermula pada hari Jumat tanggal 17 bulan Ramadhan tahun kedua Hijriah bertepatan dengan 17 Maret 623 M, sehingga dalam Alquran waktu perang Badar diungkapkan sebagai yaumul furqan, yakni hari yang membedakan antara yang haq dan yang bathil. Pada akhirnnya Allah SWT memenangkan hambanya-Nya yang hak atas orang-orang kafir yang bathil. Itulah kemenangan pertama sebagai awal kemenangan demi kemenangan risalah dakwah Islam.
Oleh sebab itu, dalam suasana wabah Corona (Covid-19) yang sedang melanda saat ini, bertepatan dengan datangnya bulan suci Ramadhan, maka nilai-nailai tarbiyah akan tetap terlaksana meskipun hanya dilakukan di rumah (Stay At Home). Dengan demikian, sesesungguhnya bulan Ramadhan penuh dengan nilai-nilai pendidikan, sehingga dinamakan syahrut tarbiyah atau bulan penggemblengan pribadi muslim menjadi peribadi muttaqin, orang-orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Itulah madrasah Ramadhan yang penuh berkah di bulan mulia ini meskipun dalam suasana Corona (Covid-19) yang mengharuskan kita untuk tetap tinggal di rumah (Stay at Home).
Diantara nilai-nilai tarbiyah/pendidikan Ramadhan dimaksud sebagai berikut:
Pertama, Pengendalian diri. Pada bulan Ramadhan setiap orang yang berpuasa diwajibkan menahan diri dari makan dan minum, berhubungan dengan suami istri pada siang hari serta dari hal-hal yang membatalkan puasa, mulai terbit fajar hingga terbenam matahari. Inilah tarbiyah bagi orang-orang yang berpuasa agar mampu mengendalikan diri dari nafsu duniawi yang rendah, yang sering menjadikan manusia serakah dan menerjang hukum Allah SWT. Apa saja dimakan tanpa memandang halal dan haram, demi meraih kenikmatan, kedudukan jabatan, gengsi dan atribut duniawi. Hasil dari tarbiyah dan pengendalian diri adalah lahirnya pribadi yang tegar dan zuhud, tidak tertipu oleh gemerlapnya duniawi. Karena sesungguhnya jalan meraih sukses sangat mahal, adapun jalan kehancuran itu enak dan melalaikan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Dihampari jalan menuju syurga dengan segala yang kita benci dan dihiasi jalan ke neraka dengan dengan syahwat (HR. Turmudzi).
Untuk itulah, dalam kondisi wabah Corona saat ini, maka madrasah Ramadhan menjadikan kita untuk tetap mengendalikan diri dari perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada kepentingan nafsu duniawi semata. Untuk itulah dalam madrasah Ramadhan yang kita lakukan dirumah, akibat dari pembatasan aktivitas di luar (Physical Distancing), maka kesempatan yang seluas-luasnya untuk bermuhasabah diri terhadap apa yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga dapat memperbaiki diri. Lihatlah realitas yang sesungguhnya dalam dunia ini, begitu banyak orang yang serakah mengikuti hawa nafsunya untuk kepentingan duniawi, sehingga tidak jelas lagi mana yang halal maupun haram.
Untuk itulah dalam kondisi sulit saat ini akibat wabah Corona (Covid-19) dalam upaya menebus dosa-dosa masa lalu karena keserakahan dan kegoisan, setidaknya harus memperbaiki diri menjadi orang atau pribadi yang jauh lebih baik. Ingatlah kawan hidup didunia ini hanyalah sementara, masih ada kehidupan yang jauh lebih kekal dan abadi selanjutnya yaitu akhirat. Jika memiliki harta, maka berusahalah untuk memberikan sebagian dari apa yang dimiliki untuk orang yang lebih membutuhkan. Mumpung di bulan suci Ramadhan dan bertepatan dengan masa-masa sulit akibat Corona (Covid-19), dan masih banyak saudara-saudara kita yang sangat membutuhkan. Hal ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah atas rezeki yang telah diberikan.
Seandainya kita mengerti dan menyadari begitu besar keutamaan sadaqah di bulan suci Ramadhan, maka mungkin saja seluruh apa yang kita miliki akan diberikan kepada orang yang yang lebih membutuhkan, karena Allah SWT akan melipat gandakan pahala bagi orang yang bersadaqah. Allah SWT menjelaskan dalam Alquran yang artinya Sesungguhnya orang yang bersadaqah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat gandakan pahalanya (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak” (QS. Al-Hadid: 18).
Selain itu sadaqah juga akan menjauhkan hamba dari api neraka, sebagaimana Sabda Rasulullah SAW yang artinya Jauhilah api neraka meskipun hanya bersadaqah dengan sebutir kurma, jika kamu tidak punya maka bisa dilakukan dengan kalimat thaiyyibah” (HR. Bukhari dan Muslim). Demikianlah keutamaan orang yang bersadaqah apalagi di bulan suci ramadahan, maka Allah SWT akan melipat gandakan pahalanya. Sehingga dengan berinfak dan bersadaqah akan menghindarkan seseorang dari sifat keserakahan dan menimbun-nimbun harta. Kalau hal tersebut kita lakukan, maka jadilah sesorang menjadi pribadi yang sukses atas madrasah Ramadhan meskipun dalam suasana di rumah (Stay At Home) dan pembatasan aktivitas di luar (Physical Distancing)
Pribadi sukses dari hasil tarbiyah Ramadhan adalah pribadi yang istiqomah dan tegar dalam dalam memandang dunia sebagaimana disebutkan dalam al-Quran yang artinya Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli dari mengingat Allah, dari mendirikan shalat dan membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang hati dan pengelihatan menjadi goncang (QS. An-Nuur: 37).
Kedua, Penyucian diri. Pada bulan Ramadhan setiap shaimiin diwajibkan menyucikan dirinya dengan cara mengendalikan pengelihatan, lisan, hati dan nafsu seksual yang halal sekalipun, karena akan merusak puasanya. Seperti melihat perkara maksiat, mendengar hal-hal yang dapat melalaikan dari mengingat Allah SWT, mengucapkan kata-kata bathil yang tidak bermanfaat, perasaan dengki, hasad, ghibah, (menggunjing) namimah (adu domba) dan sebagainya. Inilah tarbiyah tingkat tinggi untuk menyucikan pribadi shaimiin menjadi pribadi mutatharin, bersih dari segala maksiat, terbebas dari penyakit jiwa dan tercelup dengan nilai-nilai luhur, serta menghiasi diri dengan akhlak Islami. Itulah pribadi muslim yang bersih badannya, bersih jiwanya, sehat fisiknya dan sehat pula ruhaninya. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang mensucikan jiwanya, dan sesungguhnya rugilah orang yang mengotorinya (Asy Syams :9-10).
Dalam konteks tersebut di atas, maka dalam susana wabah Corona (Covid-19) yang mengharuskan setiap orang untuk membatasi aktivitas di luar merupakan hikmah untuk dapat diambil pelajaran di dalamnya yakni terhindar dari perbuatan-perbuatan maksiat yang dapat merusak pahala puasa akibat dari mengucapkan kata-kata yang bathil yang tidak bermanfaat. Oleh sebab itu madrasah Ramadhan di rumah mengajarkan kepada kita untuk melatih diri dari mengeluarkan kata-kata yang tidak bermanfaat sehingga menjadi terbiasa melakukannya selepas bulan Ramadhan.
Ketiga, Taqarrub Ilallah. Pada bulan suci Ramadhan ini sangat ditekankan sekali untuk menegakkan shalat malam, yaitu shalat tahajjud, qiyamul lail atau shalat tarwih. Shalat malam biasa dilakukan oleh Rasululullah SAW di akhir atau dua pertiga terakhir malam, sebagai taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT, berkomunikasi langsung di jalur tol bebas hambatan untuk mengadukan berbagai macam persoalan, memohon kekuatan agar mampu mengatasi aneka masalah dalam kancah kehidupan. Hasil diklat dalam madrasah Ramadhan ini adalah generasi qawiyy, yang kuat, tahan banting dan tahan uji serta istiqomah dalam memperjuangkan izzul Islam wal muslimin. Merekalah ibaadur-rahman hamba-hamba Allah SWT yang Maha Rahman yaitu: Orang-orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Raab mereka” (al-Furqan :64)
Untuk itulah dalam kondisi Corona (Covid-19) saat ini yang mengharuskan setiap orang untuk tetap tinggal di rumah merupakan kesempatan emas dalam rangka mengajak keluarga dan anak-anak kita agar tetap istiqamah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan melakukan berbagai macam rangkaian ibadah dimulai dari shalat lima waktu, berzikir, berdoa, shalat tahajuj, qiyamul lail atau shalat tarawih. Dampak yang ditimbulkan dari rangkaian ibadah secara bersama-sama dengan keluarga dan anak-anak kita dirumah, maka selepas Ramadhan mereka akan menjadi terbiasa untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT tanpa harus diperintah, namun karena kesadaran. Itulah bedanya madrasah Ramadhan yang dikerjakan di rumah dengan di luar rumah, sehingga keluarga dan anak-anak kita menjadi terkontrol.
Keempat, Tilawah Alquran. Salah satu syiar bulan Ramadhan adalah memperbanyak tilawah Alquran. Tilawah Alquran bukan sekadar membaca dengan menyertakan seluruh potensi fisik, ruhani, dan pemikiran untuk memahami dustur (undang-undang) Ilahi dalam Alquran. Bila seseorang muslim menghayati betul apa yang dibacanya, maka sesungguhnya akan terbentang betapa sempurnanya undang-undang Ilahi ini. Inilah qalam Allah SWT Dzat yang Maha Mengetahui dan Maha Perkasa, serta Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dia ciptakan alam dengan segala pernak perniknya. Sangat logis bila Dia yang paling pantas dan paling layak menentukan segala peraturan. Hanya Dia yang paling pantas untuk disembah, ditakuti, dan paling dicintai. Hanya padanyalah kekuasaan dan kemahaadilan tertinggi. Dari tilawah Alquran ini akan lahir pribadi Rabbani yang sempurna iman dan taqwanya, yang senantiasa mengajarkan kebaikan kepada orang lain dan serta senantiasa belajar dan menjadi teladan di tengah umat (lihat QS. Ali Imran:79).
Dalam konteks tersebut di atas, maka madrasah Ramadhan yang dilaksanakan di rumah bersama dengan keluarga dan anak-anak merupakan peluang dan kesempatan yang sangat berharga bagi setiap orang. Dimana mungkin selama ini jarang memiliki kesempatan untuk mengajarkan dan membaca Alquran secara bersama-sama dengan anggota keluarganya, akibat dari berbagai macam kesibukan sehingga tidak memiliki waktu sama sekali. Harapannya melalui tilawah Alquran yang dilakukan secara bersama-sama dengan anggota keluarga, sehingga dengan mudah dapat di kontrol agar mereka tetap istiqomah dalam membaca Alquran, dan selepas Ramadhan menjadi terbiasa untuk dekat dengan Alquran. Kalau keluarga dan anak-anak kita sudah menjadi terbiasa, dan pada diri mereka telah terkarakter Alquran ini, maka tidak menutup kemungkinan apabila mereka tidak membaca Alquran satu hari saja, maka rasa-rasanya belum lengkap. Walhasil akan lahir pribadi-pribadi muslim yang rabbani, sempurna iman dan taqwanya. Itulah diantara nilai tarbiyah Ramadhan untuk melahirkan pribadi mukmin pilihan, muttaqin kaamilin. Amin ya Rabbal Alamin! Wallahu Alamu BisSAWab. Semoga bermanfaat. (*)
Jayapura, 27 April 2020