ARTIKEL | RAMADHAN DI MUSIM CORONA
Oleh: Dr. Faisal Saleh, M.HI
Dosen Fakultas Syariah IAIN Fattahul Muluk Papua
... Setiap ketentuan Tuhan yang berlaku bagi kita, di dalamnya terdapat kebaikan...
Menghitung satu dua hari lagi kita akan memasuki bulan Ramadhan yang agung. Bulan yang diyakini penuh dengan keberkahan karena banyaknya kebaikan yang didapatkan seorang muslim melebihi di luar bulan Ramadhan. Bulan ini istimewa sebab segala hal yang dilakukan oleh seorang hamba dapat menjadi modal kebaikan baginya, ibarat baterai charge yang diisi kembali untuk bekal pada bulan-bulan berikutnya dalam mengarungi belantara kehidupan yang penuh dengan berbagai intrik dan dinamika. Bulan yang melatih diri setiap orang yang berpuasa, bukan hanya sekedar menahan lapar dan haus, namun juga menjaga segala hal yang terkait dengannya, jangankan yang dapat membatalkannya, yang memakruhkanpun harus direm agar puasa dapat tetap berkualitas. Bulan Ramadhan memiliki sederetan keutamaan lainnya yang dapat membentuk sosok pribadi muslim yang hebat (muttaqin). Harapan dan doa kita semua di detik-detik akhir bulan Sya’ban ini adalah Allahumma balligna ramadhon” (Ya Allah pertemukan kami dengan bulan Ramadhan). Semoga saja!
Harapan dan doa tersebut di atas sepertinya akan dihadapkan dengan kenyataan yang kita alami hari ini, yaitu puasa bulan Ramadhan di saat adanya wabah virus corona yang melanda dunia, tidak terkecuali di tanah air. Wabah ini telah membuat kebiasan kita seakan semua berubah, yang dulunya sudah terjadwal dengan rapi, tiba-tiba terreschedule ulang karena harus melakukan penyesuaian-penyesuaian diri, baik waktu jam kerja, waktu belajar bagi siswa sampai mahasiswa, termasuk ibadah yang selama ini dilakukan di masjid lalu berpindah sementara waktu di rumah masing-masing bersama keluarga. Kejadian ini, mungkin baru terjadi dalam seumur hidup kita. Puasa Ramadhan dalam suasana penuh keprihatinan karena wabah trsebut.
Sekian banyak orang mengatakan, baru Ramadhan kali ini tidak ada buka puasa bersama, tidak ada tarawih keliling, tidak ada safari Ramadhan, tidak ada Itikaf, bahkan kalau keadaan ini terus berlanjut bisa saja shalat idhul fitri juga dilakukan di rumah. Semoga saja tidak. Seperti ada kesedihan mendalam yang merasuki jiwa bercampur segala macam pertanyaan, mengapa hal ini harus terjadi dan sampai kapan keadaan ini terus seperti ini, ada apa sebenarnya dengan dunia ini. Mungkin masih banyak lagi pertanyaan serupa yang hanya tersirat dalam hati, mengingatkan penulis ketika seorang pengajar di Universitas Umm Qura’ Mekkah, Saudi Arabia, tahun 2013, mengatakan dalam kelas kullu ma qoddara Allahu lana fiihi khoirun” (Setiap ketentuan Tuhan yang berlaku bagi kita, di dalamnya terdapat kebaikan).
Mungkin kita kembali bertanya, kebaikan apa yang ada pada wabah virus corona kaitannya dengan bulan Ramadhan, tentu tidak mudah menjawabnya. Namun perlu diketahui, bagi seorang muslim yang menyakini seperti pernyataan Syekh Mekkah tersebut di atas, maka dapat saja kita mengatakan hal yang sama, yang namanya ketentuan Tuhan itu sesungghunya bagi manusia dalam banyak hal, kadangkala dipandang sebagai sesuatu yang tidak baik, aneh, bahkan mungkin mendatangkan keburukan, namun di balik semuanya, ternyata ada sesuatu yang luar biasa. Begitu juga sebaliknya, kadang sesuatu dianggap baik, ternyata di balik itu semua, hanya keburukan bahkan hanya mendatangkan kehinaan (lihat: Q.S Al Baqarah: 216). Dalam kacamata manusia kadangkala yang dilihat hanya pada yang zhahir, maka kepekaan terhadap yang batin perlu diasah. Ramadhan kali inilah dapat menjadi sarananya.
Ramadhan kali ini malah dapat memberi kita pelajaran (ibrah) untuk lebih meningkatkan intensitas dan meresapi makna sesungguhnya bulan yang penuh keberkahan. Seperti Puasa mengajarkan arti sabar, apakah kesabaran pada Ramadhan ini sama dengan di luar masa-masa corona? Dapat dikatakan tidak, karena di masa covid-19 ini lebih dibutuhkan volume kesabaran yang tinggi, melebihi puasa sebelumnya. Puasa juga mengajarkan arti bertobat, apakah pertobatan kali ini sama dengan sebelum adanya wabah? Jawab, tentunya tidak, karena ada yang dapat mengstimulus agar intensitas pertobatan itu terus dilakukan melebihi dari sebelumnya akibat wabah yang menimpa. Demikian pula puasa mengajarkan arti dari keutamaan membaca Alquran, maka pada suasana seperti ini kita dapat mengambil makna untuk lebih banyak bertadarus dalam arti yang lebih luas untuk menangkap pesan-pesan di dalamnya, apalagi ada himbauan untuk lebih banyak di rumah (stay at home).
Dalam aspek sosial, seperti urusan memberi sesuatu (sedekah), bila anda berpuasa dan memberi sesuatu kepada orang lain karena dimotivasi pahala yang berlebih, maka Ramadhan kali ini dapat menjadi lebih tersugesti lagi karena ada wabah yang lebih memotivasi untuk berempati kepada sesama, khususnya yang terdampak dengan covid- 19, apalagi kalau anda termasuk orang yang berlebihan harta. Ini sekedar contoh, bagaimanapun keadaan kita, sesungguhnya pada posisi dalam proses menuju kepada keadaan yang lebih baik, walaupun kadangkala terasa berat. Selamat datang Tamu Yang Mulia, Marhaban Ya Ramadhan. (*)
Sentani, Jayapura,
22 April 2020
Dosen Fakultas Syariah IAIN Fattahul Muluk Papua
... Setiap ketentuan Tuhan yang berlaku bagi kita, di dalamnya terdapat kebaikan...
Menghitung satu dua hari lagi kita akan memasuki bulan Ramadhan yang agung. Bulan yang diyakini penuh dengan keberkahan karena banyaknya kebaikan yang didapatkan seorang muslim melebihi di luar bulan Ramadhan. Bulan ini istimewa sebab segala hal yang dilakukan oleh seorang hamba dapat menjadi modal kebaikan baginya, ibarat baterai charge yang diisi kembali untuk bekal pada bulan-bulan berikutnya dalam mengarungi belantara kehidupan yang penuh dengan berbagai intrik dan dinamika. Bulan yang melatih diri setiap orang yang berpuasa, bukan hanya sekedar menahan lapar dan haus, namun juga menjaga segala hal yang terkait dengannya, jangankan yang dapat membatalkannya, yang memakruhkanpun harus direm agar puasa dapat tetap berkualitas. Bulan Ramadhan memiliki sederetan keutamaan lainnya yang dapat membentuk sosok pribadi muslim yang hebat (muttaqin). Harapan dan doa kita semua di detik-detik akhir bulan Sya’ban ini adalah Allahumma balligna ramadhon” (Ya Allah pertemukan kami dengan bulan Ramadhan). Semoga saja!
Harapan dan doa tersebut di atas sepertinya akan dihadapkan dengan kenyataan yang kita alami hari ini, yaitu puasa bulan Ramadhan di saat adanya wabah virus corona yang melanda dunia, tidak terkecuali di tanah air. Wabah ini telah membuat kebiasan kita seakan semua berubah, yang dulunya sudah terjadwal dengan rapi, tiba-tiba terreschedule ulang karena harus melakukan penyesuaian-penyesuaian diri, baik waktu jam kerja, waktu belajar bagi siswa sampai mahasiswa, termasuk ibadah yang selama ini dilakukan di masjid lalu berpindah sementara waktu di rumah masing-masing bersama keluarga. Kejadian ini, mungkin baru terjadi dalam seumur hidup kita. Puasa Ramadhan dalam suasana penuh keprihatinan karena wabah trsebut.
Sekian banyak orang mengatakan, baru Ramadhan kali ini tidak ada buka puasa bersama, tidak ada tarawih keliling, tidak ada safari Ramadhan, tidak ada Itikaf, bahkan kalau keadaan ini terus berlanjut bisa saja shalat idhul fitri juga dilakukan di rumah. Semoga saja tidak. Seperti ada kesedihan mendalam yang merasuki jiwa bercampur segala macam pertanyaan, mengapa hal ini harus terjadi dan sampai kapan keadaan ini terus seperti ini, ada apa sebenarnya dengan dunia ini. Mungkin masih banyak lagi pertanyaan serupa yang hanya tersirat dalam hati, mengingatkan penulis ketika seorang pengajar di Universitas Umm Qura’ Mekkah, Saudi Arabia, tahun 2013, mengatakan dalam kelas kullu ma qoddara Allahu lana fiihi khoirun” (Setiap ketentuan Tuhan yang berlaku bagi kita, di dalamnya terdapat kebaikan).
Mungkin kita kembali bertanya, kebaikan apa yang ada pada wabah virus corona kaitannya dengan bulan Ramadhan, tentu tidak mudah menjawabnya. Namun perlu diketahui, bagi seorang muslim yang menyakini seperti pernyataan Syekh Mekkah tersebut di atas, maka dapat saja kita mengatakan hal yang sama, yang namanya ketentuan Tuhan itu sesungghunya bagi manusia dalam banyak hal, kadangkala dipandang sebagai sesuatu yang tidak baik, aneh, bahkan mungkin mendatangkan keburukan, namun di balik semuanya, ternyata ada sesuatu yang luar biasa. Begitu juga sebaliknya, kadang sesuatu dianggap baik, ternyata di balik itu semua, hanya keburukan bahkan hanya mendatangkan kehinaan (lihat: Q.S Al Baqarah: 216). Dalam kacamata manusia kadangkala yang dilihat hanya pada yang zhahir, maka kepekaan terhadap yang batin perlu diasah. Ramadhan kali inilah dapat menjadi sarananya.
Ramadhan kali ini malah dapat memberi kita pelajaran (ibrah) untuk lebih meningkatkan intensitas dan meresapi makna sesungguhnya bulan yang penuh keberkahan. Seperti Puasa mengajarkan arti sabar, apakah kesabaran pada Ramadhan ini sama dengan di luar masa-masa corona? Dapat dikatakan tidak, karena di masa covid-19 ini lebih dibutuhkan volume kesabaran yang tinggi, melebihi puasa sebelumnya. Puasa juga mengajarkan arti bertobat, apakah pertobatan kali ini sama dengan sebelum adanya wabah? Jawab, tentunya tidak, karena ada yang dapat mengstimulus agar intensitas pertobatan itu terus dilakukan melebihi dari sebelumnya akibat wabah yang menimpa. Demikian pula puasa mengajarkan arti dari keutamaan membaca Alquran, maka pada suasana seperti ini kita dapat mengambil makna untuk lebih banyak bertadarus dalam arti yang lebih luas untuk menangkap pesan-pesan di dalamnya, apalagi ada himbauan untuk lebih banyak di rumah (stay at home).
Dalam aspek sosial, seperti urusan memberi sesuatu (sedekah), bila anda berpuasa dan memberi sesuatu kepada orang lain karena dimotivasi pahala yang berlebih, maka Ramadhan kali ini dapat menjadi lebih tersugesti lagi karena ada wabah yang lebih memotivasi untuk berempati kepada sesama, khususnya yang terdampak dengan covid- 19, apalagi kalau anda termasuk orang yang berlebihan harta. Ini sekedar contoh, bagaimanapun keadaan kita, sesungguhnya pada posisi dalam proses menuju kepada keadaan yang lebih baik, walaupun kadangkala terasa berat. Selamat datang Tamu Yang Mulia, Marhaban Ya Ramadhan. (*)
Sentani, Jayapura,
22 April 2020