ARTIKEL | LAGU AISYAH ISTRI RASULULLAH, KURANG SOPAN TERHADAP ISTRI NABI ???

Oleh: Dr. Moh. Wahib, Lc, MA.
Dr. Moh. Wahib, Lc, MA.


Beberapa minggu ini, viral lagu berjudul Aisyah Istri Rasulullah. Ada banyak penyanyi religi   Indonesia, seperti Anisa Rahman, Nissa Sabyan, dan Syakir Daulay yang mengcover lagu tersebut di akun You Tube mereka masing-masing. Viral dan banyak mengcover. Barangkali sedikit menghibur di tengah kekhawatiran Corona.

Aslinya lagu ini berasal dari negeri Jiran, Malaysia. Pelantun nada lagu ini adalah grup musik Projector Band. Syair lagu asalnya bernuansa romantis cinta yang ditulis oleh gitaris Projector Band, Razif bin Zainuddin. Nada musiknya enak di dengar, sehingga menginspirasi Youtuber untuk meramu liriknya menjadi lirik lagu religi.

Akhirnya lagu ini digubah menjadi lirik religi oleh Youtuber Malaysia bernama Hasbi Haji Muh Ali alias Mr Bie dengan judul Aishah RA. Video cover tersebut kemudian ia unggah di akun YouTube miliknya bernama Mr Bie pada Agustus 2017.Video cover versi Mr Bie itulah yang kini populer dikenal sebagai lagu "Aisyah Istri Rasulullah".

Dari segi syair atau  lirik lagu, banyak yang mempertanyaakan, karena dianggap kurang sopan dan beradab kepada istri Nabi. Meski menggambarkan keromantisan Nabi dengan istri Nabi, Sayyidah Aisyah RA, namun redaksinya masih dianggap vulgar dan kurang sopan. Memang Mr Bie yang menulis gubahan lagu ini tidak bermaksud vulgar. Hanya redaksi beberapa kata yang mengesankan hal itu.

CATATAN:

1.Status Sayyidah Aisyah RA ini adalah ibunda orang beriman (Ummul Mukminin). Dan gelar ini bukan dari manusia, tapi diberikan langsung oleh  Allah SWT.
وازواجه امهاتهم
(Dan istri-istri Nabi adalah Ibunda orang beriman).. QS Al Ahzab: 6.

Karena itu panggilan kepada ibunda Mukminin ini seharusnya dengan redaksi yang sopan, santun dan beradab. Sama dengan kita memanggil dan memperlakukan  ibu kandung kita sendiri.

2. Jika diamati,  redaksinya memang khas bahasa melayu Malaysia, misalnya bermanja, hujung nyawa, main lari-lari yang terkadang asing di telinga masyarakat Indonesia. Kadang divariasikan dengan bahasa Inggris misalnya sweet (manis). Atau Arab, misalnya Sirah (sejarah) kisah cintamu. Karena itu, tatkala ia dimigrasikan ke Indonesia, redaksi kalimatnya seyogyanya disesuaikan. Redaksi peti sejuk di Malaysia kita tidak paham..padahal artinya kulkas..Redaksi Malaysia "berpusing-pusing". Ternyata artinya berkeliling.

3. Secara konten memang benar adanya, bahwa Sayyidah Aisyah sering dipanggil Nabi dengan julukan Humairah ( yang mempunyai pipi kemerah-kemerahan).
Namun ada juga redaksi bekas bibir dengan menonjolkan sisi fisik.
Sebenarnya banyak aspek lain yang bisa diangkat, misalnya kecerdasan Aisyah RA karena beliau ini termasuk  sahabat yang banyak meriwayatkan hadits Nabi selain Abu Hurairah, Abdullah bin Umar, Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud. Beliau juga menjadi sumber pertanyaan hukum dari para sahabat, terutama terkait dengan rumah tangga Nabi SAW.

4. Sungguh sweet Nabi mencintamu, hingga Nabi minum di bekas bibirmu..
Memang Rasulullah SAW pernah mempraktikkan makan sepiring berdua dengan istrinya. Sebuah hadits yang berasal dari Aisyah ra, ia berkata, "Saya dahulu biasa makan his (sejenis bubur) bersama Nabi SAW." (HR. Bukhari).

Hadits lain yang bersumber dari Aisyah juga, "Aku biasa minum dari gelas yang sama ketika haid, lalu Nabi saw mengambil gelas tersebut dan meletakkan mulutnya di tempat aku meletakkan mulut, lalu beliau minum." (HR. Abdurrazaq).

Namun sebaiknya, redaksinya bisa lebih sopan dengan bekas gelas atau bekas minum.

5. MAIN LARI-LARI. Ini kesan bahasa Malaysianya terlalu vulgar, kurang sopan dan terlalu mencolok. Bisa jadi dalam bahasa Malaysia terkesan sopan dan wajar. Namun dalam bahasa Indonesia, kesannya kurang beradab. Memang untuk menggambarkan bahwa Aisyah pernah berlomba lari dengan Nabi. Namun bahasa Malaysianya terkesan kurang cocok.

6. Menggambarkan Aisyah RA pernah berlomba lari dengan Nabi, secara konten memang benar sesuai hadits Nabi:
خَرَجْتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأنا خَفِيفَةُ اللَّحْمِ فَنَزَلْنَا مَنْزِلاً فَقَالَ لأَصْحَابِهِ : تَقَدَّمُوا ثُمَّ قَالَ لِي : تَعَالَيْ حَتَّى أُسَابِقَكِ فَسَابَقَنِي فَسَبَقْتُهُ ثُمَّ خَرَجْتُ مَعَهُ فِي سَفَرٍ آخَرَ ، وَقَدْ حَمَلْتُ اللَّحْمَ فَنَزَلْنَا مَنْزِلاً فَقَالَ لأَصْحَابِهِ : تَقَدَّمُوا ثُمَّ قَالَ لِي : تَعَالَيْ أُسَابِقُكِ فَسَابَقَنِي فَسَبَقَنِي فَضَرَبَ بِيَدِهِ كَتِفِي وَقَالَ : هَذِهِ بِتِلْكَ.
Aku (‘Aisyah) pernah keluar bersama Rasulullah Saw., dan saat itu aku masih kurus. Ketika kami telah sampai di suatu tempat, beliau berujar kepada para sahabatnya: “Pergilah kalian terlebih dahulu!” Kemudian beliau menantangku untuk berlari, “Ayo kesinilah! aku akan berlomba denganmu!” kemudian beliau berlomba denganku, namun akhirnya aku memenangkan lomba tersebut.Pada lain kesempatan, aku kembali keluar bepergian bersama beliau, dan saat itu badanku semakin besar, ketika kami berada di suatu tempat, Rasulullah Saw kembali berkata kepada para sahabatnya: “Pergilah kalian terlebih dahulu!” Kemudian beliau menantangku untuk berlari, “Ayo kesinilah! aku akan berlomba denganmu!”Kemudian beliau berlomba denganku, tetapi akhirnya beliau memenangkan lomba tersebut. Beliau mengatakan bahwa ini adalah balasan dari kekalahan beliau sebelumnya sembari memukul pundakku.

7. Akhirnya, lirik lagu ini digubah oleh Seorang Youtuber dari Batam Indonesia bernama Yusuf Subhan setelah ijin publisher lagu ini.  Menurut Yusuf, gubahan lirik itu telah disesuaikan dengan arahan dan petunjuk dari Pimpinan Pondok Pesantren Al-Bahjah Cirebon, KH Yahya Zainal Ma’arif atau Buya Yahya.

8. Perubahan lirik lagu ini patut diapresiasi. Jika kita rujuk ke sejarah syair di jaman Nabi, terdapat nama Ka’ab bin Zuhair, yang kerapkali membuat  syair penghinaan kepada Nabi. Namun akhirnya ia bertaubat dan menulis syair lagu Bani Suad yang sangat berbeda. Dalam syair ini ia banyak memuji Nabi SAW. Ibnul Qayyim dalam kitab Zaadul maad mengisahkan Ka’ab Bin Zuhair penyair Arab Quraisy yang sering menghina Nabi dengan syair-syairnya. Namun selanjutnya ia sadar dan bertaubat. Ka'ab kemudian melantunkan syair permintaan maaf dan pujian kepada Rasulullah dan para sahabat.
Berikut bunyi syairnya:
بَانَتْ سُعَادُ فَقَلْبِي اليَوْمَ مَتْبُوْلُ
مُتَيَّمٌ إِثْرَهَا لَمْ يُفْدَ مَكْبُوْلَ
Suad telah pergi, pada hari ini hatiku sedih
Gelisah sesudahnya, ia masih teringat dan belum lepas
يَسْعَى الغُوَاةُ جَنَابَيْهَا وَقَوْلُهُمْ
إِنَّكَ يَا ابْنَ أَبِي سُلْمَى لَمَقْتُوْلُ
Para penyebar isu di sekitarnya beraksi dan berkata: Hai Ibnu Abu Sulma kamu pasti mati
وَقَالَ كُلُّ صَدِيْقٍ كُنْتُ آمُلُهُ
لا أُلْهِيَنَّكَ إني عَنْكَ مَشْغُوْلُ
Sementara semua teman yg aku harapkan berkata Aku tidak meninggalkanmu, aku sibuk.
فَقُلْتُ خَلُّوا طَرِيْقِي لاَ أَبَالَكُمْ
فَكُلُّ مَا قَدَّرَ الرَّحْمَنُ مَفْعُوْلُ
Aku berkata biarkan jalanku. Aku tak peduli.
Segala apa yang ditakdirkan Ar Rahman pasti terjadi
كُلُّ ابن أُنْثَى وإن طَالَتْ سَلاَمَتُه
يَوْمًا عَلَى آلةٍ حَدْبَاءَ مَحْمُوْلُ
Setiap anak seorang wanita meskipun berumur panjang. Suatu hari dia akan dipikul di atas keranda
نُبِّئْتُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ أَوْعَدَنِي
وَالعَفْوُ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ مَأْمُوْلُ
Aku diberitahu bahwa Rasulullah mengancamku. Dan maaf di sisi Rasulullah benar-benar diharapkan.
مَهْلاً هَدَاكَ الذِي أَعْطَاكَ نَافِلَةَ
القُرْآنِ فِيْهَا مَوَاعِيْظُ وَتَفْصِيْلُ
Santai, engkau telah dibimbing oleh dzat yang memberimu. Mukjizat Alquran yang berisi nasihat dan rincian.
لاَ تَأْخُذّنِّي بِأَقْوَالِ الوُشَاةِ وَلَمْ
أُذْنِبْ وَلَوْ كَثُرَتْ فِي الأَقَاوِيْلُ
Jangan menghukumku dengan dasar ucapan penyebar isu. Aku tidak bersalah walaupun orang-orang berkata tentangku.
لَظَلَّ تُرْعَدُ مِنْ خَوْفٍ بَوَادِرُهُ
إِنْ لَمْ يَكُنْ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ تَنْوِيْلُ
Tengkuknya senantiasa bergetar karena takut
Jika tidak ada jaminan rasa aman dari Rasulullah
إِنَّ الرَّسُوْلَ لَنُوْرٌ يُسْتَضَاءُبِهِ
مُهَنَّدٌ مِنْ سُيُوفِ اللهِ مَسْلُوْلُ
Sesungguhnya Rasul adalah cahaya yang menerangi. Kuat pemberani dari pedang India yang terhunus
فِي عُصْبَةٍ مِنْ قُرَيْشٍ قَالَ قَائِلُهُمْ
بِبَطْنِ مَكَّةَ لما أَسْلَمُوا زُولُوا
Bersama sekelompok orang Quraisy, salah satu dari mereka berkata
Di lembah Makkah ketika mereka masuk Islam, hijrahlah.
زَالُوا فَمَازَالَ أَنْكَاسٌ وَلاَ كُشُفٌ
عَنْدَ الّلقَاءِ وَلاَمِيْلٌ مُعَازِيلُ
Mereka berhijrah, mereka dianggap lemah, mereka tidak berperisai.
Pada saat bertemu musuh tanpa pedang dan senjata.
لَيْسُوا مَفَارِيْحَ إِنْ نَالَتْ رِمَاحُهُمْ
قَوْمًا وَلَيْسُوا مَجَازِيْعًا إِذَا نِيْلُوا
Mereka tidak sombong jika tombak mereka membunuh. Suatu kaum, mereka tidak sedih jika mereka kalah.
لاَ يَقَع الطَّعْنُ إِلاَّ فِي نُحُوْرِهِمُ
وَمَا لَهُمْ عَنْ حِيَاضِ المَوْتِ تَهْلِيْلُ
Tikaman tidak terjadi kecuali pada leher mereka. Mereka tidak pernah mundur dari telaga kematian
Demikian kisah Ka'ab bin Zuhair bin Abi Sulma, penyair yang menghina Nabi kemudian bertaubat dan merubah syair menjadi pujian kepada Nabi. Akhirnya, ia dihadiahi kain Burdah oleh Nabi.

9. STRATEGI MENGGANTI KEBURUKAN MENJADI KEBAIKAN. Sesuatu yang tidak baik, seringkali oleh Nabi dirubah dengan sesuatu yang baik. Bukan membung semuanya. Tapi merubah unsur yang tidak baik.

Misalnya syariat aqiqah. Biasa orang jahiliah menyembelih kambing untuk mengaqiqahi bayinya, lalu dipersembahkan kepada berhala di sekitar ka’bah, dan darah kambing dilumurkan ke rambut bayi.

Oleh Nabi tradisi Jahiliah ini tetap dipertahankan, namun dengan merubah aspek kemusyrikannya. Sehingga daging kambing tidak dipersembahkan lagi untuk berhala, namun untuk sedekah kepada manusia, Sedangkan darah kambing tidak dilumurkan ke rambut bayi karena najis, namun akhirnya diganti dengan mencukur rambut bayi.

Ini sama dengan peristiwa sejarah Idul Fitri dan Idul Adha yang asalnya pesta hari Nairuz dan Mahrajan dengan pesta yang melanggar syariat. Akhirnya oleh Nabi dirubah menjadi hari raya Idul Fitri dengan didahului ibadah puasa dan ibadah haji.

KESIMPULAN:

Dari sisi konten atau isi lagu sebenarnya tidak masalah. Hal ini karena banyak hadits Nabi yang meriwayatkannya. Namun dari segi redaksinya, memang terdapat beberapa kata dan kalimat yang terlalu vulgar.
Sangat arif dan bijaksana penggantian lirik lagu dengan redaksi yang lebih menghormati Aisyah, istri  Rasulullah SAW. Dan ini telah dilakukan oleh berbagai pihak dengan revisi lirik lagu versi baru. Semoga peristiwa ini membawa pelajaran dan hikmah bagi semua pihak. Wallahu A’lam.

Postingan populer dari blog ini

Musorma harus Menghasilkan Pemimpin yang Memiliki Integritas

Mubes UKM Pencak Silat : Buat Gebrakan ke Publik

KPPN Award : IAIN FM Papua Terima Dua Penghargaan Sekaligus