ARTIKEL | SYAHID AKHIRAT DENGAN 2 SYARAT: صابرا SABAR DAN محتسبا BERHARAP PAHALA.

Oleh: Dr. H. Moh.Wahib Abdul Aziz, Lc, MA.

Berdiam diri di rumah (Luzuumul Bait/ Stay at Home) saat wabah, dengan niat sabar berharap pahala Allah, akan mendapatkan pahala mati syahid. Ini dikenal dengan SYAHID AKHIRAT.

Dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari,  dan imam Ahmad:

عن عائشة أم المؤمنين رضي الله عنها قالت : سألتُ رسولَ اللهِ ﷺ عن الطاعونِ ، فأخبَرَني رسولُ اللهِ ﷺ: أنَّه كان عَذابًا يَبعَثُه اللهُ على مَن يَشاءُ، فجعَلَه رَحمةً للمُؤمِنينَ، فليس مِن رَجُلٍ يَقَعَ الطاعونُ فيَمكُثُ في بَيتِه صابرًا مُحتَسِبًا يَعلَمُ أنَّه لا يُصيبُه إلّا ما كَتَبَ اللهُ له إلّا كان له مِثلُ أجْرِ الشَّهيدِ.

إسناده صحيح على شرط البخاري • أخرجه البخاري (٣٤٧٤)، وأحمد.

"Dari Aisyah Ummul Mukminin RA, Beliau berkata: Saya pernah bertanya kepada Rasulullah saw tentang tha’un (wabah penyakit)...

Lalu Rasulullah SAW memberitahukan kepadaku, wabah itu adalah siksa yang dikirim Allah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dan Dia menjadikannya sebagai rahmat bagi orang-orang beriman.

Siapa yang menghadapi wabah lalu dia bersabar tinggal di rumahnya seraya bersabar dan ikhlas, sedangkan dia tahu tidak akan menimpanya kecuali apa yang telah ditetapkan Allah , maka ia mendapat pahala orang yang mati syahid."(HR Bukhari dan Ahmad)

Konteks hadits tersebut ketika terjadi wabah penyakit menular yang ganas di zaman Nabi, yaitu wabah judzam/ kusta atau lepra. Namun berlaku juga untuk segala wabah penyakit.

 PENJELASAN HADITS:

1. Hadist itu menjelaskan ketika terjadi wabah menular, lalu orang berada di rumah untuk menghindari agar tidak tertular atau menularkan  ke orang lain, maka ia mendapat pahala mati syahid meski tidak mati dalam wabah tersebut.

2. Mengacu pada kondisi sekarang, umat Islam di Indonesia tetap tinggal di rumah sebagai ikhtiar terbaik menghindari penyebaran virus corona. Menghindarkan diri dari kemudaratan untuk menyelamatkan jiwa dari bahaya virus corona merupakan bagian dari inti ajaran Islam dalam maqashid syari'ah, yaitu menjaga dan menyelamatkan jiwa (hifz al-nafs).

KITAB KHUSUS WABAH: BADZLUL MA'UN.

Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani, menuliskan kitab khusus saat wabah, yaitu  Badzlul Maun Fii Fadhlitthaun hal 200:

فمقتضى هذا الحديث بمنطوقه ومفهومه ان اجر الشهيد انما يكتب لمن لم يخرج من البلد الذى يقع به الطاعون. وان يكون فى حال اقامته قاصدا بذلك ثواب الله راجيا صدق موعوده. وان يكون عارفا انه ان وقع له فهو بتقدير الله. وان صرف عنه فهو بتقدير الله وان يعتمد على ربه فى حالتى صحته وعافيته. فمن اتصف بهذه الصفات مثلا فمات بغير الطاعون فان ظاهر الحديث انه يحصل له اجر الشهيد
Artinya:
Makna hadits ini bahwa:

1. Pahala syahid diberikan kepada orang yang tidak keluar dari negerinya yang terkena wabah. Saat berdiam diri di rumah ia berharap pahala dari Allah, ia tahu bahwa semuanya takdir kehendak Nya, bergantung kepada Allah.

2. Barangsiapa memiliki karakteristik sikap seperti itu, lalu ia wafat bukan karena thaun wabah penyakit, maka berdasarkan hadits tersebut, ia mendapatkan pahala syahid..(Badzul Maun Hal 200).

PAHALA SYAHID AKHIRAT

Lebih lanjut, Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani dalam kitab Badzlul Maun hal 191 merincikan balasan pahala syahid akhirat berdasarkan sabda Nabi SAW:

للشهيد عند الله ست خصال يغفر له فى اول دفعة ويرى مقعده من الجنة ويجار من عذاب القبر ويامن الفزع الاكبر ويوضع على راءسه تاج الوقار ويزوج اثنتين وسبعين من الحور العين ويشفع فى سبعين من اقاربه..(قال الترمذى حسن صحيح)
Artinya:
Orang wafat syahid, di sisi Allah mendapatkan 6 KEISTIMEWAAN: diampuni dosanya, melihat tempatnya di sorga, dihindarkan dari adzab kubur, aman dari kegentingan hari kiamat, di atas kepalanya diletakkan mahkota, dinikahkan dengan 72 bidadari, 70 keluarganya diberikan syafaat. (Turmudzi berkata: hadits hasan sahih).

KESIMPULAN:

1. Rahmat karunia Allah bagi hamba-Nya sangat luas..Niat dan sikap sabar dan berharap pahala Allah saat wabah memiliki peran besar dalam mendapatkan status syahid akhirat..baik ia wafat karena wabah atau tidak..

2. Namun menjadi catatan bahwa berdiam diri di rumah, harus ditopang kecukupan logistik dan bahan pangan..Ini perlu sikap solidaritas sosial dan saling tolong menolong (ta'awun) antar tetangga dan masyarakat luas, termasuk jaminan subsidi pemerintah selaku Ulul Amri..

والله المستعان وعليه التكلان..
Allah SWT tempat meminta pertolongan, dan kepada- Nya kita berserah diri..


*) Dr. H. Moh. Wahib, Lc, MA.
Dosen Fakultas Syariah IAIN FATTAHUL MULUK PAPUA

Postingan populer dari blog ini

Musorma harus Menghasilkan Pemimpin yang Memiliki Integritas

Mubes UKM Pencak Silat : Buat Gebrakan ke Publik

KPPN Award : IAIN FM Papua Terima Dua Penghargaan Sekaligus